penting bagi umat Islam untuk peduli dan bertindak terhadap perubahan iklim
Jakarta (ANTARA) - Peningkatan suhu secara global bakal lebih meningkatkan risiko jamaah haji dari paparan panas sinar matahari, demikian laporan Pusat Studi Islam Universitas Nasional yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dalam laporan berjudul "Dampak Kebijakan Iklim bagi Ibadah haji", ancaman meningkatnya suhu global dan cuaca ekstrem akan sangat berbahaya bagi jamaah di Tanah Suci sehingga diperlukan langkah bersama untuk menurunkan emisi.

"Panas ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim akan membuat ibadah haji lebih sulit dan lebih berbahaya bagi komunitas Islam," ujar Ketua Pusat Studi Islam (PPI) UNAS Fachruddin M. Mangunjaya.

Laporan itu mengungkapkan, apabila suhu tinggi dikombinasikan dengan kelembapan bisa berbahaya. Ketika udara sangat lembab, laju evaporasi (penguapan) keringat terhambat karena udara sudah penuh dengan uap air.

Baca juga: Alami sengatan panas, pos kesehatan di Arafah layani jamaah dehidrasi
Baca juga: Menag cek kesiapan posko kesehatan di Mina

Pada kondisi seperti itu, manusia rentan terkena sengatan panas karena tubuh menjadi kesulitan berkeringat. Orang tua merupakan kelompok paling rentan terhadap serangan panas. Namun, ketika panas dan kelembapan cukup tinggi, orang muda yang sehat pun berisiko.

"Laporan ini memberikan gambaran penting bagi umat Islam untuk peduli dan bertindak terhadap perubahan iklim," kata Fachruddin.

Berdasarkan data saat ini, kata Fachruddin, suhu rata-rata global telah meningkat 1,2°C karena aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan.

Maka dari itu, penurunan emisi global yang lebih cepat sangat penting untuk menyelamatkan umat Muslim dalam melaksanakan ibadah haji.

Baca juga: Operasional tim kesehatan siap 100 persen untuk puncak haji
Baca juga: Menag: Petugas dan jamaah haji jaga kesehatan jelang wukuf di Arafah
​​
Laporan ini mengkaji konsekuensi emisi karbon dari negara-negara tersebut karena mereka berkepentingan terkait ibadah haji.

"Tanpa tindakan bersama seluruh negara di dunia, termasuk negara mayoritas Muslim, maka kita akan menuju kegagalan besar dalam melindungi umat Muslim dunia untuk menjalankan rukun islam ke-5 yaitu ibadah haji," kata Fahruddin.

Mengingat suhu panas ekstrem pada pelaksanaan haji tahun ini, pemerintah tak henti-hentinya mengingatkan jamaah untuk selalu minum dan jangan menunggu haus, serta membatasi aktivitas di luar ruangan.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Budi Sylvana mengatakan dehidrasi dan heat stroke menjadi ancaman jamaah, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Para petugas haji khususnya dari daerah kerja (Daker) Bandara juga mulai disiagakan di Arafah untuk mempersiapkan dan memastikan layanan untuk puncak haji berjalan dengan baik.

Baca juga: Jamaah calon haji bawa bekal roti dan kurma ke Armuzna

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022