Ambon (ANTARA News) - Puluhan aktivis HMI Cabang Ambon, Selasa, berunjukrasa di kantor Gubernur Maluku dan menuntut Polri segera mengungkap kasus penembakan mahasiswa STAIN Ambon, Syaiful Wakano, saat terjadi ketegangan antara oknum TNI dan Polri 5 Maret lalu. Massa HMI itu mendatangi kantor gubernur dengan membawa spanduk, pamflet serta keranda mayat dan meminta Gubernur Karel Alberth Ralahalu memfasilitasi pertemuan mereka dengan petinggi TNI dan Polri untuk membicarakan penyelesaian kasus tersebut. Nyaris terjadi bentrokan antara mahasiswa dengan puluhan personil Polres Pulau ambon dan Pulau-Pulau (PP) Lease serta Polisi Pamong Praja (Pol PP) yang membentuk "pagar betis" di depan pintu masuk kantor Gubernur untuk mengamankan aksi itu. Terjadi aksi saling dorong antara personil Polres, Pol PP dan mahasiswa yang memaksakan diri untuk masuk menemui Gubernur Ralahalu yang saat itu sedang tidak berada di tempat. Gubernur tengah melakukan rapat koordinasi dengan pimpinan TNI/Polri serta instansi teknis lainnya dalam rangka kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 17 - 18 Maret mendatang. Para mahasiswa akhirnya hanya bisa berorasi di halaman kantor Gubernur yang isinya menghujat terjadinya bentrokan antara oknum-oknum TNI/Polri. Kasus ini harus secepatnya diselesaikan secara transparan dan oknum TNI/Polri penembak Syaiful Wakano harus dihukum tegas, katanya. Guna meredam emosi mahasiswa yang telah berorasi hampir dua jam, akhirnya Kapolres Pulau Ambon dan PP Lease, AKBP Leonidas Braksan datang menemui mereka. Kapolres Braksan secara terbuka meminta maaf kepada mahasiswa atas kasus tertembaknya Syaiful Wakano, mahasiswa semenster IV Fakultas teknik STAIN Ambon itu, dan menyatakan bertanggungjawab sepenuhnya atas kasus ini. Ia mengakui, kasus bentrokkan antara oknum TNI/Polri di Ambon sementara dalam proses penyelesaian, di mana Mabes Polri dan TNI telah menurunkan tim khusus untuk melakukan supervisi serta penyelidikan guna mengungkap kasus ini dibantu Polda Maluku, Kodam dan Pomdam XVI/Pattimura. "Sejumlah oknum TNI-Polri yang disinyalir terlibat pun kini sementara menjalani pemeriksaan intensif, sehingga diharapkan masyarakat terutama mahasiswa dapat bersabar menunggu karena dibutuhkan waktu lama untuk mengungkap kasus ini karena harus menunggu pembuktian forensik," katanya. Selaku penanggungjawab keamanan di Ambon, Kapolres pun telah dimintai keterangan oleh tim khusus Mabes Polri dan TNI. "Pistol saya pun sudah diperiksa tim khusus termasuk senjata-senjata yang digunakan seluruh personil polisi saat bentrokkan terjadi," ujarnya seraya menambahkan bahwa ia membuka diri dan bersedia berdiskusi secara terbuka dengan mahasiswa. Penjelasan Kapolres Braksan ini cukup memuaskan para mahasiswa, namun sebelum membubarkan diri mereka membakar pamflet, spanduk serta keranda mayat di halaman kantor Gubernur Maluku.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006