Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi digital Heru Sutadi menilai wacana global terkait pelaksanaan Central Bank Digital Currency (CBDC) yang dapat beroperasi lintas batas dan mempercepat pembayaran grosir harus diikuti transformasi di tubuh bank sentral.

"Di sisi lain sebenarnya memberikan tugas baru bagi Bank Indonesia. Hanya tinggal bagaimana kita menyikapi dan mengaturnya," kata Heru saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Direktur Eksekutif ICT Institute ini mengatakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter harus benar-benar siap jika wacana tersebut nyata, mengingat penggunaan mata uang digital ini berpotensi menggantikan transaksi pembayaran dengan model konservatif seperti sekarang.

Baca juga: Lembaga "think tank" Inggris serukan aturan mata uang digital global

Sebelumnya, mata uang digital Bank Sentral merupakan adalah jenis mata uang digital untuk pembayaran yang sedang dikaji oleh otoritas moneter terkait manfaat dan peraturannya.

Wacana penggunaan CBDC ini didorong karena pemanfaatan blockchain untuk efisiensi pembayaran, utamanya dalam sektor keuangan, yang dipicu oleh hadirnya bitcoin, uang krypto dan mata uang digital lainnya.

Sementara itu, pengamat ekonomi digital Karim Taslim menilai keberadaan CBDC hanya akan bermanfaat terhadap kecepatan penyelesaian pembayaran atau transfer untuk transaksi-transaksi perdagangan internasional yang melibatkan negara-negara penerbit.

Mata uang Indonesia bisa mendapat keuntungan, jika Indonesia berani untuk menerapkan strategi yang digunakan oleh Rusia, yang memaksa negara-negara pembeli gas atau minyak bumi, untuk membayar dalam rubel.

Menurut dia, Indonesia punya daya tawar yang tinggi seperti ini karena memiliki komoditas unggulan. Sebagai vendor atau supplier, sah-sah saja, jika Indonesia menerapkan atau menentukan tems and condition CBDC sesuai dengan garis kebijakan atau regulasi.

Baca juga: Fed memulai perdebatan tentang penerbitkan mata uang digital dolar

“Jika hal ini bisa diterapkan, saya yakin, nilai tukar rupiah akan menguat dan akan menjadi mata uang yang semakin diperhitungkan dalam kancah perdagangan global.” jelas Karim.

Sebelumnya, lembaga riset yang didukung oleh City of London Corporation melemparkan wacana akan adanya aturan global yang akan memungkinkan mata uang digital bank sentral beroperasi lintas batas dengan lancar dan mempercepat pembayaran grosir.

Sebagian besar bank sentral, termasuk Federal Reserve, Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa, sedang mempelajari potensi peluncuran versi digital mata uang mereka.

Baca juga: LPPI: Penerbitan mata uang digital bank sentral penting

Baca juga: BI: CBDC makin dibutuhkan di tengah pesatnya perkembangan aset digital


 

Pewarta: Sandi Arizona
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022