Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia jatuh pada perdagangan Selasa pagi, terbebani oleh prospek pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut oleh bank-bank sentral, wabah COVID baru di China dan kekurangan energi Eropa, yang juga membuat euro hampir setara dengan mata uang safe-haven dolar.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,8 persen ke level terendah dalam dua tahun, sementara indeks Nikkei Jepang kehilangan 1,75 persen.

Euro jatuh ke serendah 1,0006 terhadap dolar AS, bergerak semakin mendekati keseimbangan untuk pertama kalinya sejak Desember 2002, karena investor khawatir krisis energi akan membawa kawasan itu ke dalam resesi.

“Sentimen risk-off (penghindaran risiko) mendominasi pasar global,” kata Yuting Shao, ahli strategi makro di State Street Global Markets.

"Dolar adalah mata uang cadangan internasional. Jadi ketika ada risiko resesi atau peningkatan volatilitas, greenback adalah mata uang yang paling diburu orang karena itu yang paling aman," tambah Shao.

Indeks dolar, yang melacak mata uang tersebut terhadap enam mata uang utama lainnya naik menjadi 108,47, tertinggi sejak Oktober 2002.

Fokus untuk minggu ini adalah data makro termasuk Indeks Harga Konsumen dari AS pada Rabu (13/7/2022), dan komentar dari Pejabat Federal Reserve ketika investor mencari petunjuk untuk hasil pertemuan kebijakan Fed mendatang sebelum pejabat memasuki periode pra-pertemuan.

Angka inflasi yang tinggi akan menambah tekanan bagi The Fed untuk meningkatkan laju kenaikan suku bunga yang sudah agresif.

Juga tinggi dalam daftar kekhawatiran investor adalah kenyataan bahwa beberapa kota di China, termasuk pusat komersial Shanghai mengadopsi pembatasan COVID-19 baru mulai minggu ini untuk mengendalikan infeksi baru setelah menemukan subvarian Omicron yang sangat menular.

Selain itu, lonjakan biaya energi di Eropa merupakan ketakutan utama karena pipa tunggal terbesar yang membawa gas alam Rusia ke Jerman memasuki pemeliharaan tahunan, dengan aliran diperkirakan akan berhenti selama 10 hari.

Investor khawatir penutupan mungkin diperpanjang karena perang di Ukraina, membatasi pasokan gas Eropa lebih lanjut dan mendorong ekonomi zona euro yang sedang kesulitan ke dalam resesi.

Imbal hasil obligasi acuan pemerintah AS 10-tahun berada di 2,9668 persen setelah turun kembali di bawah 3,0 persen semalam karena investor membeli aset safe-haven obligasi pemerintah di tengah aksi jual di Wall Street.

Tiga indeks saham utama AS berakhir lebih rendah pada Senin (11/7/2022) di tengah kekhawatiran investor tentang kenaikan inflasi dan laba perusahaan sebelum dimulainya musim laporan keuanga. Ekuitas internasional juga sebagian besar turun, seperti halnya harga minyak dan imbal hasil obligasi.

Kekhawatiran pertumbuhan juga membebani minyak, meskipun ada kekhawatiran tentang ketatnya pasokan. Minyak mentah AS turun 1,14 persen menjadi 102,9 dolar AS per barel dan minyak mentah Brent turun menjadi 106,04 dolar AS per barel.

Emas sedikit lebih tinggi. Emas spot gold diperdagangkan pada 1.734,64 dolar AS per ounce.

Baca juga: Wall Street berakhir lebih rendah jelang data ekonomi, laporan laba
Baca juga: Rupiah melemah, pasar khawatir inflasi global yang masih tinggi
Baca juga: Harga minyak turun di Asia, COVID baru di China pangkas permintaan

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022