Kita harus merenungkan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal ini.
Badung, Bali (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyayangkan realisasi keuangan sosial Islam (KSI) Indonesia masih jauh dari potensi yang ada, padahal KSI berkontribusi mendukung ekonomi dan kesejahteraan sosial di Tanah Air.

"Kita harus merenungkan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal ini," ungkap Perry dalam Kegiatan Sampingan G20 Indonesia 2022 yang bertajuk "Optimizing Endownment Fund for Sustainable Financial Inclusion" di Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis.

Pada tahun 2021, ia menyebutkan realisasi zakat, infak, dan sedekah di Indonesia hanya mencapai Rp14,9 triliun atau 4,5 persen dari potensi Rp327 triliun.

Baca juga: Survei BI: Kegiatan dunia usaha meningkat dan tetap kuat di kuartal II

Realisasi wakaf tunai juga hanya 0,4 persen atau Rp831 miliar dari potensi Rp188 triliun, serta tanah wakaf hanya 58,4 persen yang disertifikatkan sebanyak 55.637,62 hektare di 421.242 lokasi.

Menurut Perry, Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, yakni 231 juta orang atau 86,7 persen populasi Indonesia dan 13 persen dari total populasi Muslim dunia.

Berdasarkan Charities Aid Foundation World Giving Index (CAF WGI) 2021, Bumi Pertiwi adalah negara paling murah hati di dunia, dengan sebanyak delapan dari 10 orang di Indonesia mendonasikan kekayaannya dan level relawan di Tanah Air tercatat sebanyak lebih dari tiga kali rata-rata global.

Baca juga: Menko PMK: Digitalisasi layanan penyaluran bansos masih terkendala

Maka dari itu, ia menilai digitalisasi penting dikembangkan dalam KSI karena saat ini memberi sedekah dan sebagainya bisa hanya melalui satu smartphone.

"Ini menyasar kepada generasi milenial yang semakin bertambah kaya. Saya pikir ini penting, ada potensi di sana," tuturnya.

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022