terima kasih kami ucapkan atas dukungan BKSDA Kalsel
Banjarmasin (ANTARA) - PT Adaro Energy Indonesia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Selatan menyebutkan, populasi satwa bekantan atau kera hidung panjang di Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut, Kabupaten Barito Kuala, Kalsel bertambah. 

Ini setelah jajaran manajemen Adaro dan BKSDA Kalsel melakukan kunjungan ke TWA Pulau Bakut pada Rabu (13/7/2022), demikian rilis yang diterima ANTARA, di Banjarmasin, Minggu.

Menurut Kepala BKSDA Kalsel Mahrus Aryadi, saat ini, terdapat 122 ekor bekantan yang menempati pulau seluas 15,58 hektare tersebut. Jumlah itu terus mengalami peningkatan yang semula hanya 67 ekor pada tahun 2018.

“Kondisi yang baik ini tentu tak lepas dari dukungan Adaro selama ini terhadap upaya pelestarian bekantan di TWA Pulau Bakut,” kata Mahrus.

Baca juga: Wisata minat khusus kawasan konservasi bekantan diminati wisatawan
Baca juga: SBI makin semangat jaga kelestarian bekantan usai raih Kalpataru

Seperti diketahui, sejak tahun 2018, Adaro bekerja sama dengan BKSDA Kalsel menjalankan program pelestarian bekantan di TWA Pulau Bakut melalui pembangunan sarana dan prasarana.

Di antaranya membangun jalan titian sepanjang 630 meter, 4 buah shelter, 2 buah menara pengamatan satwa, gazebo ukuran 6X8 meter dengan bahan material kayu ulin, fasilitas klinik, serta dermaga terapung ukuran 2X4 meter dengan bahan material kubus apung.

Sedangkan sarana pendukung yang dibangun Adaro di luar kawasan TWA Pulau Bakut antara lain dermaga apung, areal parkir, toilet, loket karcis dan rambu penunjuk arah.

Ketua YABN sekaligus Project Leader Optimalisasi Pemanfaatan TWA Pulau Bakut Adjie Sapta menjelaskan, Adaro selalu berusaha konsisten ikut melestarikan TWA Pulau Bakut ini melalui pembangunan-pembangunan fasilitas, sarana dan prasarana di Pulau Bakut.

“Pelestarian di sini adalah sesuatu yang sejalan dengan keinginan dari Adaro sendiri untuk bisa ke depannya menuju ke arah green energy,” kata Adjie.

Baca juga: Polda Kalsel sita bekantan dan kucing hutan dari praktik perdagangan
Baca juga: Tim pengendali ekosistem pantau populasi bekantan di Kayong Utara

Manajemen Adaro yang terdiri dari Mohammad Effendi selaku Ketua Dewan Pengawas YABN, Budi Bowoleksono Anggota Dewan Pengawas YABN, Okty Damayanti Ketua Umum YABN, Adjie Sapta Ketua YABN, Susanti Bendahara YABN, Zuraida Murdia Hamdie CSR Program Manager, Thoha, External Division Head PT Adaro Indonesia; serta tim dari CSR PT Adaro Indonesia dan YABN, berkesempatan mengelilingi area TWA Pulau Bakut menggunakan perahu.

Selain itu, rombongan juga melakukan kunjungan di titian dan naik ke menara pemantauan fauna, berdiskusi dengan masyarakat di gazebo, melihat aktivitas bekantan secara langsung, serta melakukan penanaman pohon di area TWA Pulau Bakut.

CSR Division head PT Adaro Energy yang juga menjabat sebagai Ketua Umum YABN Okty Damayanti menjelaskan, pada awal mulai inisiasi pelestarian Pulau Bakut di tahun 2012-2013 kondisi Pulau Bakut masih belum terawat dan pada akhirnya sepuluh tahun kemudian tidak disangka bisa menjadi cantik dan indah seperti sekarang.

“Terima kasih kami ucapkan atas dukungan BKSDA Kalsel, kelompok masyarakat mitra pariwisata, serta kepala desa yang turut merawat Pulau Bakut,” ungkap Okty.

Kolaborasi antara Adaro dan BKSDA Kalsel tersebut, mendapat apresiasi positif dari masyarakat sekitar Pulau Bakut.

Baca juga: Bayi bekantan lahir di Bekantan Rescue Center Banjarmasin
Baca juga: Universitas Lambung Mangkurat totalitas dukung konservasi bekantan
Baca juga: Yayasan SBI-ULM terus gelorakan penyelamatan bekantan

Pewarta: Sukarli
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022