Banjarmasin (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan akan segera mengkonsultasikan dengan para ahli waris rencana dimasukkannya gambar Pahlawan Nasional Pangeran Antasari ke dalam mata uang rupiah emisi Bank Indonesia 2006. "Soal mata uang gambar Pangeran Antasari itu, Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin dalam waktu dekat ini mengundang para ahli waris Pahlawan Nasional tersebut untuk dikonsultasikan," ujar Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial (Kessos) provinsi setempat, H.M. Bachriar Hanafi, SH di Banjarmasin, Jumat. Ia menerangkan konsultasi itu terkait dengan gambar atau lukisan Pangeran Antasari yang tampaknya ada dua versi, sehingga perlu dicapai kesepakatan bersama untuk menetapkan profil pejuang Perang Banjar melawan penjajah Belanda itu yang bakal menjadi gambar pada mata uang rupiah nantinya. "Memang dari dua versi gambar atau lukisan Antasari yang ada itu dari segi raut wajah ataupun keadaan perawakan hampir serupa saja, cuma yang beda mengenai busana yaitu `laung` (topi/ikat kepala) yang dipakai almarhum," ungkapnya menjawab ANTARA Banjarmasin. Menurut dia, walaupun dari segi profil wajah atau keadaan badan almarhum Pangeran Antasari pada dua versi gambar itu kelihatannya sama, tapi masih perlu kesepakatan bersama terutama dengan ahli warisnya agar di kemudian hari tak menimbulkan permasalahan. "Selain itu, kami juga bermaksud mengundang orang yang dulunya melukis Pnageran Antasari, untuk dimintai keterangan guna penetapan gambar profil Pahlawan Nasional urang Banjar tersebut, lanjut Toto (panggilan akrab Bachriar Hanafi). Oleh sebab itu pula diharapkan bantuan atau partisipasi aktif mereka yang memang menyimpan atau memiliki foto asli Pangeran Antasari, sehingga dalam penempatan gambar Pahlawan Nasional itu pada mata uang rupiah nantinya tidak menimbulkan masalah, demikian Bachriar Hanafi. Dalam kesempatan terpisah, Dra. Hj. Noor Izatil Hasanah, anggota Komisi IV bisang kesra DPRD Kalsel, selain menyambut gembira atas rencana pemuatan gambar Pangeran Antasari dalam mata uang rupiah, juga berpendapat kalau dua versi yang agak beda itu cuma menyangkut busana tidak terlalu prinsipil. Wakil rakyat dari Fraksi Partai Golkar itu menyarankan dalam penetapan gambar Antasari yang mau dimasukkan pada mata uang rupiah itu, selain kesepakatan dari para ahli waris almarhum, juga mungkin ada baiknya minta bantuan sejarawan (ahli sejarah). "Para sejarawan di daerah ini hendaknya juga berperan aktif menggali atau mancari sejarah Kerajaan Banjar yang sebenarnya, termasuk mengenai gambar atau lukisan Pangeran Antasari yang dalam pembuatan patungnya selama ini terkesan hanya berupa imajinasi," demikian Noor Izatil Hasanah. (*)

Copyright © ANTARA 2006