Banda Aceh (ANTARA News) - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) kini telah membangun monumen (prasasti) wartawan korban bencana alam gempa bumi dan tsunami di halaman kantor PWI Cabang daerah tersebut. Ketua PWI Cabang Provinsi NAD, HA Dahlan TH di Banda Aceh, Jumat, mengatakan, pembangunan monumen yang akan diresmikan oleh Ketua PWI Pusat H Tarman Azzam itu diawali "Peusijuk" (tepung tawar) dan pembukaan selubung prasasti. "Ini merupakan salah satu dari beberapa kegiatan yang kita laksanakan berkaitan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2006/Hari Ulang Tahun (HUT) ke-60 PWI tingkat Provinsi NAD yang insya Allah dihadiri Penjabat Gubernur Mustafa Abubakar," katanya. Selain membuka selubung prasasti yang tertera 27 nama wartawan korban tsunami, kata Dahlan, Ketua PWI Pusat Tarman Azzam juga akan menyerahkan piagam penghargaan kesetiaan profesi kepada tujuh wartawan di Provinsi NAD. "Piagam penghargaan kesetiaan profesi ini merupakan anugerah PWI Pusat kepada wartawan yang sudah mengabdikan diri selama 30 tahun dan 40 tahun di dunia jurnalistik. Selain itu juga akan diserahkan penghargaan kepada wartawan peliput tsunami," ujarnya. Ketua Panitia HPN Saidulkarnain Ishak menjelaskan, panitia HPN 2006 memberikan penghargaan kepada wartawan berbagai media cetak dan elektronik di provinsi NAD yang meliput bencana alam tsunami sejak 26 Desember 2004-4 Januari 2005. "Penghargaan ini dimaksudkan untuk memperkuat tali silaturrahmi pasca bencana alam tsunami. Mereka telah berbuat sesuatu, sehingga membuka pintu informasi ke dunia luar seperti yang kita saksikan dewasa ini di Aceh," ujarnya. Informasi bencana alam tsunami yang disiarkan wartawan telah menggugah dunia internasional untuk membantu masyarakat korban bencana alam tsunami daerah ini. Tidak sedikit relawan datang membantu korban tsunami di Aceh ketika itu, tambahnya. Dengan misi kemanusiaannya, ratusan lembaga swadaya masyarakat (LSM/NGO) telah membantuan kepada korban daerah ini. Mereka bekerja membantu korban, baik dalam bentuk jasa dan pengobatan pada masa darurat maupun bantuan sembako. "Mereka datang pasca-bencana alam tsunami setelah mendapat informasi hasil karya wartawan. Relawan datang ke Aceh setelah membaca dan mendengar berbagai informasi yang disiarkan setiap di berbagai media cetak dan elektronik," ujarnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006