Luverne (ANTARA) - Anak perusahaan Hyundai Motor Co telah mempekerjakan anak-anak, di antaranya berusia 12 tahun, di sebuah pabrik pemasok suku cadang mobil di Montgomery, Alabama, menurut kepolisian, keluarga tiga anak pekerja, dan beberapa pegawai pabrik tersebut. 
 
Menurut para sumber, anak-anak itu bekerja di pabrik pencetakan logam yang dikelola SMART Alabama LLC.

SMART, yang terdaftar di Hyundai sebagai anak perusahaan, memasok suku cadang bagi mobil dan SUV paling laris yang diproduksi perusahaan Korea itu di Montgomery.

Dalam pernyataannya, Hyundai mengatakan pihaknya "tidak menoleransi praktik-praktik ketenagakerjaan ilegal di entitas Hyundai mana pun".

"Kami punya kebijakan dan prosedur yang mengharuskan kepatuhan pada semua undang-undang lokal, negara bagian dan federal," menurut pernyataan itu.

Hyundai tidak menjawab pertanyaan terperinci dari Reuters tentang temuan itu.

Dalam pernyataan terpisah, SMART mengatakan pihaknya mematuhi semua peraturan dan menyangkal tuduhan telah mempekerjakan "siapa pun yang tidak memenuhi syarat".

Perusahaan itu mengatakan pihaknya menggunakan jasa agen-agen tenaga kerja berdasarkan kontrak dan mereka dinilai mematuhi hukum ketika melakukan perekrutan karyawan.

SMART tidak menjawab pertanyaan spesifik terkait pekerja di bawah umur di pabriknya di Montgomery.

Reuters mengetahui ada pekerja di bawah umur itu setelah kasus hilangnya seorang anak migran Guatemala di Alabama.

Anak perempuan itu, yang bulan ini akan berulang tahun ke-14, mengikuti dua saudara laki-lakinya –usia 12 tahun dan 15 tahun– bekerja di pabrik tersebut pada awal tahun ini.

Mereka tidak sekolah, kata sumber yang mengetahui perekrutan mereka.

Ayah mereka, Pedro Tzi, membenarkan hal itu saat diwawancarai oleh Reuters.

Polisi di Enterprise, kota tempat keluarga itu tinggal, juga mengatakan kepada Reuters bahwa anak-anak itu telah bekerja di SMART.

Polisi, yang membantu pencarian gadis tersebut, saat itu merilis selebaran orang hilang dengan menyebutkan namanya.

Reuters tak menyebut nama anak perempuan tersebut karena masih di bawah umur.

Kepolisian Enterprise tidak berwenang menyelidiki dugaan pelanggaran undang-undang ketenagakerjaan di pabrik tersebut.

Namun, mereka memberi tahu kantor jaksa wilayah tentang insiden itu, kata detektif Enterprise, James Sanders, kepada Reuters.

Juru bicara kantor jaksa wilayah Alabama, Mike Lewis, menolak berkomentar.

Tidak jelas apakah mereka atau penyelidik lain telah mengontak SMART atau Hyundai tentang dugaan pelanggaran itu.

Ketika menjawab pertanyaan Reuters, seorang juru bicara di Departemen Tenaga Kerja Alabama pada Jumat mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Depnaker dan instansi lain untuk menyelidiki.

Anak-anak Pedro Tzi, yang akan kembali ke sekolah tahun ajaran depan, hanyalah sebagian dari sejumlah pekerja anak di pabrik pemasok Hyundai tersebut selama beberapa tahun terakhir.

Gambaran itu diungkapkan puluhan karyawan dan mantan karyawan pabrik itu serta agen-agen tenaga kerja dalam wawancara.

Beberapa dari pekerja anak di sana, kata mereka, telah keluar dari sekolah untuk bekerja dalam sif panjang.

Pabrik yang berdiri di atas lahan luas tersebut memiliki catatan pelanggaran kesehatan dan keselamatan, termasuk bahaya anggota tubuh bisa teramputasi, kata mereka.

Sebagian besar karyawan dan mantan karyawan berbicara kepada Reuters secara anonim.

Reuters tidak bisa menentukan secara pasti jumlah anak yang telah bekerja di pabrik SMART tersebut, berapa bayaran mereka, atau apa syarat-syarat perekrutan mereka.

Pengungkapan kasus pekerja anak dalam rantai pasokan Hyundai di AS dapat mengundang reaksi dari konsumen dan pemerintah terhadap reputasi produsen mobil itu.

Dalam "kebijakan hak asasi manusia" yang diunggah secara daring, Hyundai mengatakan pihaknya melarang pekerja anak di seluruh lini usahanya, termasuk pemasok.

Hyundai baru-baru ini mengatakan akan menginvestasikan lebih dari lima miliar dolar (Rp74,89 triliun) untuk perluasan bisnis di AS, termasuk pendirian pabrik kendaraan listrik di dekat Savannah, Georgia.

"Konsumen mestinya marah," kata David Michaels, mantan asisten sekretaris tenaga kerja AS di Badan Keselamatan dan Kesehatan Kerja AS (OSHA).

"Mereka harus tahu bahwa mobil-mobil ini dibuat, setidaknya sebagian, oleh pekerja anak yang seharusnya ada di sekolah ketimbang mempertaruhkan nyawa dan anggota tubuh karena keluarga mereka sangat membutuhkan uang," katanya.

Di tengah kekurangan pekerja dan gangguan rantai pasokan di AS, beberapa pakar tenaga kerja mengatakan ada peningkatan risiko bahwa anak-anak, terutama migran tanpa dokumen, bisa berakhir di tempat-tempat kerja berbahaya dan ilegal bagi mereka.

Di Enterprise, salah satu pusat industri unggas, Reuters awal tahun ini mengetahui bahwa seorang anak Guatemala, yang bermigrasi ke AS seorang diri, bekerja di sebuah pabrik pengolahan ayam.

"Terlalu Muda"

Undang-undang Alabama dan federal melarang anak di bawah 18 tahun bekerja di pencetakan logam seperti SMART, tempat yang jarak dekat dengan mesin dapat membahayakan nyawa mereka.

UU Alabama juga mewajibkan anak-anak 17 tahun ke bawah untuk bersekolah.

Michaels mengatakan keselamatan kerja di pemasok-pemasok Hyundai di AS menjadi perhatian OSHA selama delapan tahun masa tugasnya di sana.

Saat mengunjungi Korea pada 2015, dia memperingatkan pimpinan Hyundai bahwa tingginya permintaan terhadap suku cadang "just in time" (dibuat sebelum ada pesanan) menimbulkan penyimpangan keselamatan.

Pabrik SMART di Alabama tersebut membuat suku cadang bagi mobil Hyundai yang populer, seperti Elantra, Sonata, dan Santa Fe.

Model-model tersebut hingga Juni menyumbang hampir 37 persen penjualan Hyundai di AS, menurut perusahaan otomotif itu.

Pabrik tersebut telah beberapa kali menerima sanksi dari OSHA karena melanggar aturan kesehatan dan keselamatan, menurut catatan federal.

Salah satu catatan yang dilihat Reuters menunjukkan bahwa SMART telah didenda sedikitnya 48.515 dolar (Rp726,66 juta) sejak 2013. Sebagian besar denda dijatuhkan pada tahun ini.

Inspeksi OSHA di SMART telah mencatat beberapa pelanggaran di pabrik itu, termasuk bahaya terhimpit dan terpotong.

Pabrik tersebut, yang mampu memasok suku cadang untuk 400.000 kendaraan setiap tahun, juga mengalami kekurangan pekerja untuk memenuhi pesanan Hyundai.

Pada akhir 2020, SMART menulis surat kepada pejabat konsulat AS di Meksiko agar mengeluarkan visa bagi seorang pekerja asal Meksiko.

Surat itu, yang ditulis oleh Manager Umum SMART Gary Sport dan dilihat oleh Reuters, mengatakan bahwa pabrik tersebut "sangat kekurangan pekerja" dan bahwa Hyundai "tidak menoleransi kekurangan itu".

SMART tidak menjawab pertanyaan Reuters tentang surat tersebut.

Awal tahun ini, sejumlah pengacara mengajukan gugatan kelompok (class action) terhadap SMART dan beberapa agen tenaga kerja yang memasok pekerja dengan visa AS.

Gugatan yang didaftarkan di Pengadilan Distrik Utara Georgia itu mewakili 40 pekerja Meksiko yang direkrut sebagai teknisi tetapi ternyata melakukan pekerjaan kasar.

SMART, dalam dokumen pengadilan, menyebut tuduhan dalam gugatan itu "tidak berdasar" dan "sia-sia"

Banyak pekerja di bawah umur di pabrik itu direkrut lewat agen-agen tenaga kerja, menurut beberapa karyawan dan mantan karyawan SMART.

Seorang mantan pekerja di SMART mengatakan ada sekitar 50 pekerja di bawah umur di pabrik itu dan dia mengenal sebagian dari mereka secara pribadi.

Mantan pekerja lainnya juga mengatakan dirinya pernah bekerja satu sif dengan puluhan pekerja anak.

Mantan karyawan Tabatha Moultry, 39 tahun, mengatakan dia ingat pernah bekerja dengan seorang gadis migran yang "tampak berusia 11 atau 12 tahun".

Gadis itu bekerja di sana bersama ibunya, kata Moultry, dan ketika ditanya usianya, sang gadis mengaku berumur 13 tahun.

"Dia terlalu muda untuk bekerja di pabrik itu, atau pabrik mana pun," kata Moultry.

Dia tidak menjelaskan lebih detail tentang gadis itu dan Reuters tidak bisa memeriksa keterangannya secara independen.

Tzi, ayah gadis yang hilang, mengontak polisi Enterprise pada 3 Februari setelah putrinya tidak pulang.

Selain membuat selebaran, atas petunjuk dari Tzi polisi juga memburu Alvaro Cucul, migran Guatemala yang saat itu bekerja di SMART.

Cucul dan sang gadis kemudian ditemukan di Athens, Georgia. Pria 21 tahun itu ditangkap dan dideportasi ke negaranya.

Setelah kabar soal gadis yang hilang itu mencuat, SMART memecat sejumlah pekerja di bawah umur, menurut dua bekas karyawan pabrik itu.

Sumber mengatakan perhatian polisi memicu kekhawatiran bahwa pihak berwenang akan menyelidiki pekerja anak lainnya.

Tzi, yang juga pernah bekerja di SMART, mengatakan kepada Reuters dirinya menyesal anak-anaknya bekerja di sana.

"Semua sudah berakhir sekarang," katanya. "Anak-anak sudah tidak bekerja dan musim gugur mereka akan bersekolah."

Sumber: Reuters

Baca juga: Pakistan berkomitmen pada kewajiban internasional cegah pekerja anak

Baca juga: Anak-anak terancam jadi buruh selama pandemi


 

Creta jadi mobil pertama Hyundai yang diproduksi Indonesia

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022