HIMARS telah menciptakan perbedaan besar di medan tempur

Diplomasi cara lain

Jumat pekan ini di Istanbul, Turki, di Istana Dolmabahce yang menghadapi Selat Bosphorus yang adalah gerbang ke Laut Hitam, orang kepercayaan Presiden Vladimir Putin yang juga menteri pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, menandatangani kesepakatan ekspor biji-bijian yang membuat Rusia mencabut blokade terhadap pelabuhan-pelabuhan Ukraina.

Memang kesepakatan itu belum pasti berhasil, apalagi Sabtu kemarin Rusia menembakkan rudal ke pelabuhan Odesa yang membuat dunia mempertanyakan keseriusan perjanjian damai itu.

Namun fakta Rusia mau berkompromi, menunjukkan HIMARS telah mengubah keseimbangan perang di Ukraina.

“Perjanjian membuka blokade Odesa mustahil terjadi tanpa HIMARS," kata Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Lansbergis.

Dalam waktu kurang sebulan terakhir ini, HIMARS telah menghancurkan puluhan gudang senjata Rusia yang dulu tak bisa dijangkau artileri berat Ukraina.

Fakta ini membuat jalur logistik perang Rusia terganggu dan kemudian menghambat ofensif di Donbas.

HIMARS juga membuat Armada Laut Hitam Rusia terpaksa meninggalkan Pulau Ular awal Juli lalu. Pulau ini adalah area penting yang mengendalikan jalur masuk keluar Ukraina.

Hancurnya sebagian armada lautnya termasuk kapal perang penjelajah rudal "Moskva" yang menjadi simbol kekuatan Armada Laut Hitam Rusia pada April lalu, membuat Rusia mustahil mempertahankan blokade Odesa.

Selain itu Rusia mendapatkan tekanan dari importir-importir pangan Ukraina di Asia dan Afrika agar blokade itu dicabut.

Namun sistem persenjataan berat yang dipasok Barat yang mulai berdatangan ke Ukraina dalam jumlah besar telah mengubah momentum perang.

Apalagi AS berjanji mengirimkan HIMARS lebih banyak lagi ke Ukraina, di samping berencana memasok jet tempur F-16, drone ultra-canggih dan sistem persenjataan lainnya.

Fakta ini menunjukkan perang Ukraina sepertinya cenderung bakal diakhiri oleh superioritas militer, bukan semata oleh diplomasi.

Lagi pula, mengutip pakar strategi militer terkenal Carl von Clauswitz, "perang adalah kelanjutan diplomasi dalam cara lain."

Perang-perang besar sendiri jarang bisa dihentikan oleh semata diplomasi, sebaliknya perimbangan kekuatan militer yang berubahlah yang acap membuat pihak-pihak yang berperang terpaksa kembali ke meja perundingan.


Baca juga: Pakar Hukum: Upaya kolektif wujudkan gencatan senjata Rusia-Ukraina
Baca juga: Ukraina-Rusia akan tanda tangani kesepakatan buka pelabuhan gandum

Copyright © ANTARA 2022