Surabaya (ANTARA News) - Aparat di Kabupaten Kediri dan Nganjuk, Jawa Timur, kini terus melakukan langkah antisipasi dan penanggulangan serangan flu burung, karena ribuan burung puyuh di dua kabupaten itu mengalami mati mendadak yang diduga kuat terserang virus H5N1. Di kedua daerah tersebut dilaporkan sekitar 7.000 ekor burung puyuh di peternakan warga terpaksa dibakar, namun belum ada laporan adanya masyarakat yang terinfeksi flu burung, demikian informasi yang dihimpun ANTARA News dari Pemerintah Kabupaten Kediri dan Nganjuk, Minggu. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Kediri, Sigit Rahardjo, membenarkan bahwa flu burung menyerang peternakan unggas puyuh penduduk, sehingga pihaknya mengirimkan contoh darah burung puyuh yang telah mati ke Balai Veteriner di Yogyakarta. Hal yang sama, menurut Juru Bicara Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Hariyanto, juga dilakukan pihaknya. Aparat di Nganjuk melakukan penyemprotan desinfektan di peternakan penduduk hingga radius satu kilometer ke luar kawasan yang terindikasi terjangkit flu burung. "Kami juga heran mengapa begitu cepat burung puyuh mati mendadak, sudah ribuah burung puyuh dibakar dan kami belum menerima ganti rugi," kata salah seorang peternak burung puyuh di kawasan Sukomoro, Nganjuk. Pihak Pemerintah Kabupaten Kediri dan Nganjuk hingga kini belum mengetahui jumlah kerugian yang dialami peternak, namun diprakirakan mencapai nilai ratusan juta rupiah. Para peternak sudah meminta, agar pemerintah memberikan ganti rugi atas ternak yang telah dimusnahkan. Penyebaran informasi mengenai serangan flu burung di kedua kabupaten tersebut juga berdampak terhadap menunrunnya omset penjualan telur puyuh, yang juga dampaknya terasakan hingga Kabupaten Blitar. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006