"Jadi, mereka belajarnya melalui media digital. Dulu itu muftinya mufti Johor, kalau sekarang itu mufti youtube yang digunakan mereka,"
Jakarta (ANTARA) - Pendakwah sekaligus pemengaruh (influencer) media sosial Habib Husein Ja’far Alhadar mengajak dai dan daiyah memperkaya konten dakwah lewat media sosial demi menyasar masyarakat yang kini tak bisa lepas dalam mengakses internet.

"Riset dari We are Social dan Hootsuite pada 2021 menyimpulkan bahwa 73 persen masyarakat Indonesia sudah tersambung internet. Artinya, tiga per empat orang Indonesia sudah memiliki akses koneksi digital," ujar Habib Ja’far dalam acara Silaturrahim Dai dan Halaqah Dakwah Nasional Milad ke-47 MUI di Jakarta, Selasa.

Dalam kegiatan yang menjadi rangkaian Milad MUI ke-47 tersebut, Habib Ja’far menyampaikan riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta 2021 melaporkan 60 persen masyarakat saat ini belajar agama melalui media digital.

"Jadi, mereka belajarnya melalui media digital. Dulu itu muftinya mufti Johor, kalau sekarang itu mufti youtube yang digunakan mereka," kata dia.

Dia mengatakan dari tahun ke tahun, penggunaan media digital sebagai sarana belajar agama terus meningkat. Jika dulu sumber rujukan keilmuan dan keislaman yakni kepada ustad di sekitar rumah dan guru agama, kini konten dakwah lewat medsos juga dianggap menjadi sumber pengetahuan agama.

Dari data yang dikumpulkannya, masyarakat Indonesia dalam rentang usia 18-34 tahun bisa menghabiskan sekitar delapan jam di media digital. Oleh karena itu, kebanyakan yang menjadi rujukan di media digital saat ini adalah yang populer bukan sekadar yang kompeten.

"Ini sangat berbahaya apabila mereka belajar agama tetapi dari sumber yang tidak tepat. Fatwa MUI bisa dengan mudah dikoreksi anak muda yang ngajinya belum apa-apa tapi pengikutnya jutaan. Itu membuat orang lebih mendengarkan dia," kata dia

Habib Jafar menekankan bahwa media digital berpotensi besar mempengaruhi pandangan banyak orang. Sehingga ia berharap para dai yang memiliki kompetensi dan otoritas keilmuan bisa mulai mengambil ceruk potensi ini.

"Bila ini dibiarkan, mereka akan mengalami degradasi pengetahuan dan bisa menjerumuskan kepada kesesatan," ujarnya
Baca juga: Waketum: Dakwah MUI merangkul bukan memukul
Baca juga: Kemenag: Dai harus melek dunia digital untuk sebarkan dakwah
Baca juga: MUI minta mubaligh lawan dakwah bernuansa radikalisme di medsos

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022