..kalau kita merasa memiliki sistem mutu yang bisa memenuhi itu, kita minta pengakuan dari dari Tiongkok,
Jakarta (ANTARA) - Wakil Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Mohamad Dian Revindo menyampaikan, berbagai produk dari Indonesia harus memenuhi standar kualitas yang ditetapkan Tiongkok untuk bisa meningkatkan akses pasar ke Negeri Tirai Bambu.

"Di dalam negeri, kualitas produk kita sudah memenuhi standar yang baik. Setelah hal ini tercapai, maka Indonesia harus memperkenalkan dan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan pihak Tiongkok," kata Revindo saat dihubungi Antara di Jakarta, Rabu.

Revindo mengingatkan bahwa Tiongkok baru saja menggabungkan dua lembaga yaitu bea cukai dengan karantina, sehingga hal ini menimbulkan isu baru yaitu seluruh produk pertanian dan pangan yang masuk ke Tiongkok harus diregistrasi terbaru. 

Begitu juga, lanjutnya, terhadap berbagai hal yang terkait dengan kesehatan hewan dan tumbuhan, serta berkaitan dengan bakteri dan serangga yang ada dalam tumbuhan atau hewan.

Revindo menyampaikan pentingnya memperkenalkan produk-produk yang dibutuhkan Tiongkok yang selama ini diimpor Tiongkok dari negara lain, namun Indonesia sebenarnya mempunyai produk serupa.

Ia menambahkan setelah tahap memperkenalkan produk, Indonesia juga harus menunjukkan kualitas dari produk yang diperkenalkan tersebut agar Tiongkok mau mengimpor produk Indonesia yang menurut mereka sesuai standar mereka.

“Kita minta berbagai informasi berbagai syarat mutu dari Tiongkok. Setelah kita dapat syaratnya, berikutnya adalah kalau kita merasa memiliki sistem mutu yang bisa memenuhi itu, kita minta pengakuan dari dari Tiongkok,” ucapnya.
Baca juga: BI Beijing dan KJRI Guangzhou dorong UMKM Indonesia ekspor ke China

Ia menambahkan, selama ini Tiongkok melakukan impor elektronik, komponen ponsel dan saluran telepon fixed line. Disebutkan bahwa Indonesia sebenarnya punya komponen tersebut, namun selama ini Indonesia melakukan ekspor ke negara lain dan tidak ke Tiongkok.

“Jadi beberapa produk manufaktur bisa dilakukan untuk ekspor ke Tiongkok, supaya diterima standar kita diperbaiki atau kita minta mereka buka pabrik, kita jadi bagian rantai produksi mereka,” katanya.

Sebelumnya Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Tiongkok (Premier) Li Keqiang dan Presiden Xi Jinping, secara terpisah di Beijing, Tiongkok, Selasa (26/7).
Baca juga: Menteri Trenggono: RI sepakat genjot ekspor perikanan ke China

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi memperjuangkan isu akses pasar, terutama untuk sejumlah produk dari  Indonesia, antara lain porang (konjac chips), buah nanas segar, dan sarang burung walet.

Selain itu, Jokowi meminta dilakukan peninjauan kembali kebijakan antidumping terhadap stainless steel Indonesia.
 
Menurut data Kementerian Perdagangan RI, total nilai perdagangan Indonesia-RRT periode Januari--November 2020 mencapai 63,39 miliar dolar AS. 

Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke RRT pada periode tersebut mencapai 26,61 miliar dolar AS atau meningkat 12,79 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 dengan nilai 23,59 miliar dolar AS. Komoditas utama ekspor nonmigas Indonesia ke RRT adalah besi/baja, minyak kelapa sawit, dan batubara.

Baca juga: Indeks pengiriman peti kemas ekspor China naik pada Juni 2022

Pewarta: Chairul Fajri
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022