Jakarta (ANTARA) - Sudah menjadi rahasia umum sejak terpilih pertama kali pada tahun 2014 lalu, fokus pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Dalam satu kesempatan, Presiden yang juga akrab dengan panggilan Jokowi ini bahkan menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur sebagai pondasi untuk menjadi negara maju.

Prioritas tersebut dapat dilihat dari besaran anggaran yang digelontorkan untuk pos pembangunan infrastruktur selama periode pemerintahannya.

Bahkan pada tahun 2021 kemarin, anggaran pembangunan infrastruktur di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp417,4 triliun atau naik 48,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Anggaran tahun 2021 ini menjadi yang tertinggi dalam enam tahun terakhir.

Kendati begitu, pemberian alokasi anggaran yang sangat besar tersebut terlihat membuahkan hasil yang positif. Terbukti, di tengah lesunya berbagai industri akibat hantaman pandemi, proyek pembangunan infrastruktur yang terus berjalan 100 persen karena tidak terdampak aturan pengetatan mobilitas, berhasil mendorong pertumbuhan sektor konstruksi di tahun 2021 atau tahun kedua pandemi COVID-19.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi sektor konstruksi yang sebesar 10,44 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) tahun lalu bahkan menempati peringkat keempat terbesar setelah industri pengolahan (19,25 persen), pertanian (13,28 persen), serta perdagangan besar dan eceran (12,97 persen).

Meskipun kontribusinya menempati peringkat keempat, bukan berarti industri konstruksi tidak menghadapi tantangannya sendiri. Apalagi dengan adanya pandemi yang menerpa sejak tahun 2020 kemarin.

Mobilitas yang terbatas menjadi salah satu tantangannya, terutama sejak adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Meski industri konstruksi masih diperbolehkan beroperasi 100 persen di tengah pandemi, tetapi berbagai aturan pengetatan tetap memberi dampak pada operasional industri konstruksi itu sendiri, khususnya terkait dengan mobilitas pekerja.

Mulai dari aturan screening yang ketat melalui tes antigen dan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk meminimalisir risiko penyebaran virus, hingga penambahan biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk suatu proyek, terlebih jika proyek konstruksinya dilaksanakan di luar pulau.

Belum lagi, ditambah isu permasalahan global yang terjadi di masa pandemi ini yang juga memberi dampak pada industri konstruksi. Contohnya, ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang belakangan ini menyebabkan kenaikan harga bahan dasar konstruksi seperti besi beton, baja, dan lain sebagainya.

Dalam menyukseskan program pembangunan infrastruktur yang telah dicanangkan, pemerintah tidak hanya bergantung pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang konstruksi seperti, PT Adhi Karya, PT Hutama Karya, PT Wijaya Karya, dan lain sebagainya.

Namun, pemerintah turut didukung oleh berbagai kontraktor swasta melalui proses tender resmi yang dilakukan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).

Capaian

Salah satu kontraktor swasta yang banyak terlibat dan berpengalaman beberapa kali memenangkan tender proyek pembangunan infrastruktur dari pemerintah adalah PT Anggaza Widya Ridhamulia (AWRM).

Berdiri sejak tahun 2007, perusahaan infrastruktur yang berkantor pusat di Surabaya, Jawa Timur ini turut aktif dalam pembangunan Indonesia dan telah banyak menghadirkan karya nyata konstruksi infrastruktur di Nusantara.

Bahkan di tengah hantaman pandemi COVID-19 pun, PT Anggaza Widya Ridhamulia mampu tetap berkontribusi dengan menyelesaikan beberapa proyek pembangunan infrastruktur, antara lain Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ngudi Waluyo Wlingi di Jawa Timur.

Proyek pembangunan RSUD Ngudi Waluyo Wlingi merupakan salah satu proyek pembangunan fasilitas kesehatan yang berhasil diselesaikan oleh PT Anggaza Widya Ridhamulia di masa pandemi kemarin.

Proyek ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan khususnya bagi masyarakat Blitar dan sekitarnya.

Kemudian, ada pula fasilitas pendukung berupa lahan parkir kendaraan roda empat di Rumah Sakit (RS) Syaiful Anwar Malang, Jawa Timur.

Pembangunan infrastruktur fasilitas pendukung tidak kalah pentingnya dibandingkan infrastruktur utama, terlebih bagi infrastruktur fasilitas kesehatan di masa pandemi yang diharapkan dapat membantu proses penanganan COVID-19.

Gedung Poliklinik RSUD Depati Hamzah di Bangka Belitung juga menjadi salah satu proyek pembangunan PT Anggaza Widya Ridhamulia yang dimulai pada bulan Juli 2021 dan selesai pada akhir tahun yang sama.

Ada pula pengerjaan rehabilitasi dan renovasi SMP Negeri 2 Mojoagung, Jombang, Jawa Timur.

Meskipun sempat mengalami kendala dalam proses pengerjaannya akibat COVID-19, PT Anggaza Widya Ridhamulia berhasil menyelesaikan proyek rehabilitasi dan renovasi tersebut dengan hasil memuaskan pada awal tahun 2022.

Awal tahun ini, PT Anggaza Widya Ridhamulia juga berhasil menyelesaikan pembangunan untuk Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Mpu Kuturan yang berlokasi di Singaraja, Bali.

Pembangunan infrastruktur ini digunakan untuk mendukung perkembangan STAH itu sendiri yang meskipun baru berumur lima tahun sudah memiliki banyak prestasi.

Dengan semakin baiknya infrastruktur diharapkan pula dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang ada.

Tahun 2019 kemarin, PT Anggaza Widya Ridhamulia juga berhasil menyelesaikan proyek Gedung Asrama Haji, Bangka Belitung.

⁣Pembangunan itu ditujukan untuk mendukung program Pemerintah Provinsi Bangka Belitung yang ingin menjadikan Bangka Belitung sebagai lokasi embarkasi antara untuk pelaksanaan haji setiap tahunnya. Selain beberapa proyek tersebut, sebelum pandemi COVID-19 menerpa, PT Anggaza Widya Ridhamulia pun juga sudah banyak menyelesaikan proyek-proyek tender pemerintahan lainnya dengan kualitas yang memuaskan.

Baca juga: Kemenko: Pengadaan lahan jadi isu terbesar proyek strategis nasional

Baca juga: Pemerintah ubah daftar PSN menjadi 200 proyek dan 12 program

Baca juga: Pemerintah ubah daftar PSN menjadi 200 proyek dan 12 program


Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022