Washington (ANTARA News) - Cerita seram soal Penjara Guantanamo kini bukan lagi menjadi rahasia. Empat mantan tahanan penjara yang terletak di wilayah Kuba di Guantanamo Bay Senin waktu setempat (Selasa WIB) buka mulut menceritakan pengalamannya selama berada di penjara tersebut. Berjenggot dan mengenakan pakaian sport, keempat pria muda berkewarga-negaraan Inggris itu yakni Shafiq Rasul, Asif Iqbal, Tarek Dergoal dan Phuhal Ahmed yang ditahan namun dibebaskan tanpa melalui prosedur hukum menjawab semua pertanyaan peserta Forum di AS tersebut dalam sebuah acara bertajuk "Suara dari Guantanamo". Dalam acara yang diselenggarakan Pusat Perlindungan HAM, CCR, dan disiarkan melalui jaringan televisi kabel C-Span di AS itu, keempat mantan tahanan itu menggambarkan "penyiksaan" yang terjadi di tahanan itu. "Masa-masa tersebut adalah masa kehidupan yang amat sulit yang kami jalani," kata Rasul. "Secara prinsip tempat itu tak ubahnya seperti kebun binatang, anda dikurung 24 jam didalam sel," kata Rasul. Ia mengatakan, dalam pemeriksaan atau interogasi ia terpaksa mengakui sesuatu yang tidak ia lakukan karena ia tak tahan dengan penyiksaan yang diterimanya. "Saya hampir menjadi gila karena saya dimasukkan dalam sel isolasi (tanpa kontak dengan satu manusia pun) selama tiga bulan," katanya lagi. Lain lagi kisah Dergoal warga Inggris asal Maroko yang mengaku tak ada interogasi selama di penjara itu. "Yang ada hanyalah sekelompok anak muda yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan serta pernyataan bodoh." "Warna kesayanganmu apa? Pertanyaan macam apa itu. satu hari seorang petugas penjaga duduk tersenyum membuka kitab suci Al Qur`an dan mengengeluarkan sederetan pendapatnya mengenai Qur`an, kitab suci umat Islam." "Itulah penjara Guantanamo," kata keempat pemuda yang tak pernah diberitahukan mengapa mereka ditahan. "Kami tak pernah diberitahukan apalagi dijelaskan mengapa kami berada di sana." Juru bicara CCR seperti dilaporkan AFP menyatakan bahwa kesaksian para mantan tahanan itu merupakan yang pertama kalinya diperdengarkan kepada khalayak ramai di AS. Sekitar 490 orang tahanan masih mendekam di Guantanmo setelah menetap selama lebih dari 4 tahun hanya sepuluh orang yang secara resmi diajukan perkaranya. Mereka disidang dalam pengadilan yang baru dibentuk yang tidak memiliki sangkut paut dan diluar wewenang pengadilan negeri AS atau Pengadilan Internasional. Pemerintah AS mengatakan mereka ditahan di pangkalan Angkatan laut AS di Guantanamo karena keterlibatan orang-orang tersebut dengan jaringan Al-Qaedah atau memiliki kaitan dengan pemerintahan Taliban di Afghanistan pada waktu yang lalu. Rasul, Ahmed dan Iqbal adalah dua warga Inggris asal Pakistan, dari kota Tipton yang dikenal dengan panggilan "Tiga serangkai asal Tipton" yang menjadi tokoh dalam film dokumenter "The Road To Guantanamo" yang mengisahkan pengalaman mereka. Sutradara asal Inggris Michael Winterbottom dan Mat Whitecross meraih penghargaan Beruang Perak di Festival Film Berlin bulan lalu, dan karya itu akan diputar dibioskop di Amerika pertengahan tahun ini. Pekan lalu penyelidik mengenai pemberian dan bentuk hukuman terhadap tahana dipenjara seluruh dunia dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Manfred Novak mendesak Uni Eropa untuk menekan AS agar segera menutup penjara Guantanamo.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006