Pemerintah memastikan data yang terkumpul melalui penggunaan fitur itu terlindungi enkripsi untuk menjaga keamanan data dan tidak ada penyebaran identitas
Jakarta (ANTARA) - Indonesia satu di antara sejumlah negara di dunia yang mengembangkan dan meluncurkan teknologi untuk membantu pelacakan COVID-19 dan pemantauan penularan kasus itu di masyarakat sehingga mendukung pengendalian serta pencegahan sebaran pandemi virus tersebut.

Penggunaan teknologi dalam penelusuran dan pelacakan COVID-19 sangat berguna untuk memperkuat surveilans pandemi sehingga mengoptimalkan intervensi kesehatan, baik untuk pencegahan penyebaran maupun pengobatan pasien dari penyakit tersebut.

Indonesia meluncurkan PeduliLindungi pada Maret 2020, sebagai aplikasi pelacak COVID-19 yang digunakan secara resmi untuk pelacakan kontak digital di Tanah Air.

Aplikasi tersebut menggunakan fitur Global Positioning System (GPS) atau sistem penentu lokasi pengguna telepon seluler untuk melacak keberadaan pengguna. Ponsel tiap pengguna akan saling bertukar identitas anonim apabila berada di jangkauan GPS yang sama dan menyimpan data tersebut selama 14 hari.

Pelacakan kontak tersebut untuk mengetahui apakah seseorang pernah berada dekat dengan kasus suspek, konfirmasi, dan kontak erat.

Aplikasi itu juga dapat memberitahu pengguna ketika berada di zona merah maupun hijau beserta data kasus COVID-19 di tempat tersebut. Pengunduhan sertifikat vaksinasi juga dapat dilakukan melalui aplikasi tersebut.

Baca juga: PeduliLindungi raih penghargaan Inovasi Pelayanan Publik Terpuji 2022

PeduliLindungi juga menyediakan fitur layanan konsultasi dokter dari jarak jauh (telemedicine), yang dapat digunakan oleh masyarakat yang mengalami gejala atau sedang isolasi mandiri.

Sejak peluncuran, PeduliLindungi terus mengalami penyempurnaan dan perubahan fitur untuk mengoptimalkan penggunaannya.

Kementerian Kesehatan telah meningkatkan layanan dalam aplikasi PeduliLindungi dengan menyediakan fitur Sijejak untuk melacak kontak erat melalui bluetooth, sehingga dapat mengidentifikasi kontak erat dalam jarak kurang dari dua meter.

Melalui fitur tersebut, pihak berwenang dapat dipermudah dalam menelusuri kontak erat terhadap pasien positif COVID-19 dengan mengadopsi cara kerja BlueTrace yang digunakan oleh aplikasi lacak COVID-19 milik Pemerintah Singapura, TraceTogether.

Pemerintah memastikan data yang terkumpul melalui penggunaan fitur itu terlindungi enkripsi untuk menjaga keamanan data dan tidak ada penyebaran identitas.

Menurut Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber Badan Riset dan Inovasi Nasional Anto Satrio Nugroho, surveilans pandemi telah melibatkan banyak teknologi dan masih ada beberapa kelemahan yang bisa diperbaiki di masa mendatang seperti PeduliLindungi.

Aplikasi PeduliLindungi dipakai menangani penyebaran COVID-19 dan penyakit menular lainnya dengan penelusuran (tracing), pelacakan (tracking), pemberian peringatan (warning dan fencing), serta dalam rangka memfasilitasi adaptasi kebiasaan baru terkait dengan pandemi.

"Ketika masuk ke satu tempat, kita memakai smartphone (telepon pintar) dan dipindai untuk menginformasikan status COVID-19 yang melekat pada identitas kita," ujarnya.

Informasi yang dikumpulkan, antara lain data nama, Nomor Induk Kependudukan (NIK), data lokasi riil, data berupa aktivitas pengguna, kontak pengguna, jenis kelamin, kondisi kesehatan, vaksinasi, dan riwayat medis.

Pengumpulan data tersebut, analisis dan visualisasinya memanfaatkan teknologi 4.0, yakni kecerdasan artifisial (AI), big data, dan internet of things (IoT).

Salah satu hal yang penting dilakukan, misalnya, penerbitan NIK memanfaatkan teknologi AI dan big data untuk melakukan pengambilan data biometrik penduduk (10 sidik jari, dua selaput pelangi mata kiri dan mata kanan, wajah) serta dilakukan proses deduplikasi (penunggalan) untuk menghindari identitas ganda.

Baca juga: Kemenkes harap tes antigen mandiri tidak untuk hindari status hitam

Teknologi biometrik pengenalan sidik jari, selaput pelangi dan pengenalan wajah merupakan bidang di ranah kecerdasan artifisial. Pengumpulan data, visualisasi dan analisanya memanfaatkan teknologi big data dan IoT.

Teknologi AI, big data dan IoT dipakai untuk penerbitan identitas penduduk yang akurat, serta bermanfaat bagi pemantauan penyebaran COVID-19 atau surveilans pandemi.

Namun, menurut Anto, ada satu kelemahan di sini, yaitu keterkaitan antara warga dengan telepon pintar. Misalnya, saat memasuki suatu mal, dan dipindai untuk mengetahui status COVID-19, sebenarnya tidak ada proses otentikasi apakah telepon pintar itu dipegang oleh yang bersangkutan.

Bisa saja telepon pintar tersebut dipegang oleh pihak lain, yang sebenarnya identitasnya berbeda dengan NIK yang tercantum pada aplikasi PeduliLindungi.

Ada tiga protokol autentikasi, yakni berbasis apa yang dimiliki, apa yang diketahui dan berbasis biometrik (sidik jari, wajah, dan selaput pelangi).

Autentikasi yang cocok untuk keperluan tersebut adalah yang sifatnya tidak memerlukan sentuhan untuk menghindari penularan, sehingga pengenalan wajah dan pengenalan selaput pelangi bisa dipakai.

Baca juga: Uni Eropa sahkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi di wilayahnya

Untuk pengenalan selaput pelangi saat ini telah bisa dilakukan memakai sensor yang berjarak cukup jauh, yakni lebih dari satu meter.

Menurut Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Budi Prawara, AI dan big data untuk surveilans COVID-19 juga harus dapat memastikan teknologi yang diimplementasikan tidak "diakali" oleh orang yang harus diawasi.

Sebagai contoh, untuk memastikan bahwa seseorang yang sudah positif dan harus melakukan karantina mandiri dengan baik di rumah dan tidak bepergian keluar rumah, dapat ditambahkan satu perangkat lagi berupa wearable device berbasis IoT (IoT based).

Perangkat berupa gelang tersebut selalu terpasang pada individu dengan perangkat gadget orang tersebut. Upaya untuk melepas paksa akan memicu peringatan atau alarm kepada pengawas.

BRIN sudah mengembangkan perangkat wearable device yang bernama SiMonic. Implementasi dari teknologi tersebut perlu dukungan kebijakan dari pusat.

Pemanfaatan teknologi 4.0 terus diperlukan untuk bisa mengolah data identitas, data kesehatan, autentikasi penduduk yang dibutuhkan untuk surveilans pandemi saat ini dan di masa mendatang.

Diharapkan, aplikasi PeduliLindungi terus disempurnakan untuk meningkatkan kinerja dan manfaat dalam mendukung pelacakan kontak dan surveilans pandemi di Tanah Air.

Baca juga: Anggota DPR: Tinjau lagi beli minyak goreng pakai PeduliLindungi
Baca juga: Luhut pastikan dengar masukan soal pembelian MGCR lewat PeduliLindungi
Baca juga: Kemenkes integrasikan riwayat imunisasi anak ke dalam PeduliLindungi

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022