Perlu proses dan perlu kesabaran karena hasilnya juga tidak kasat mata
Jakarta (ANTARA) - Direktur Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Jo Kumala Dewi mengatakan bahwa gerakan edukasi lingkungan yang dilakukan sejak dini, disadari atau tidak, akan mengubah gaya hidup, pola konsumsi, serta perilaku manusia yang lebih peduli terhadap keberlanjutan bumi.

Oleh sebab itu, pihaknya terus mendorong Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS). Jo menilai bahwa gerakan tersebut juga akan berdampak positif terhadap lingkungan sekitar, tidak hanya terbatas pada peserta didik.

“Menjadi bagian dari gerakan peduli berbudaya lingkungan di sekolah tentunya telah menunjukkan aksi nyata dalam penanaman sikap peduli lingkungan dan peningkatan kualitas lingkungan,” kata Jo dalam webinar yang diikuti dari Jakarta, Kamis.

Baca juga: BRIN tingkatkan kecintaan lingkungan pada anak sejak dini

Ia mengatakan, dunia bahkan Indonesia akan menghadapi perkembangan populasi generasi muda atau bonus demografi pada dekade ini. Mengingat hal tersebut, Jo mencatat pentingnya untuk menyiapkan generasi penerus yang sehat sehingga dapat menjadi pionir kepedulian lingkungan hidup di masa mendatang.

“Melalui proses edukasi memang tidak mudah, tidak semudah kita membalik telapak tangan. Perlu proses dan perlu kesabaran karena hasilnya juga tidak kasat mata, tapi harus dimulai sejak usia dini,” ujarnya.

Menurut Jo, menumbuhkan rasa cinta kepada alam dan memahami esensi alam merupakan bagian dari proses edukasi. Lebih lanjut, ia mengatakan gaya hidup ramah lingkungan juga dapat diperkenalkan dan dilakukan sedini mungkin.

“Kalau saya selalu dengan 3M sedini mungkin, dimulai dari sekarang, mulai dari hal yang kecil dan mulai dari diri kita sendiri,” ujarnya.

Langkah-langkah kecil tersebut, lanjut Jo, dapat dimulai dari kebiasaan menanam tumbuhan di pekarangan rumah dan sekolah, membuang dan memilah sampah, mengurangi sampah termasuk sampah plastik, serta menggunakan kembali dan mendaur ulang barang-barang yang dapat dipakai.

Baca juga: Katun organik, pilihan baju anak untuk orang tua peduli lingkungan

Jo mengatakan KLHK sendiri juga telah meningkatkan kesadaran masyarakat dan memberikan edukasi lingkungan sejak dini. Program Adiwiyata, misalnya, yang sejak 2006 memberikan penghargaan kepada sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.

Jo menjelaskan upaya tersebut sebenarnya dilakukan untuk menjawab perkembangan tantangan permasalahan lingkungan melalui edukasi dengan harapan sekolah-sekolah formal dapat menjadi magnet di dalam pengembangan edukasi lingkungan.

“Karena anak-anak yang terdidik inilah yang menjadi sasaran empuk dan sasaran yang tepat sekali untuk diberikan pemahaman untuk mengubah perilaku,” imbuhnya.

Menurut data yang Jo himpun tahun 2016 hingga 2021, KLHK dikatakan telah memberi penghargaan Adiwiyata kepada sekitar 4.700 sekolah di seluruh provinsi di Indonesia.

Jumlah tersebut, kata Jo, memang masih terbilang rendah mengingat persebaran sekolah di Indonesia mencapai puluhan ribu. Walau begitu, ia berharap setidaknya jika satu juta siswa sudah terpapar oleh nilai berbudaya lingkungan, maka di masa mendatang mereka diharapkan menjadi pemimpin yang punya kepedulian lebih tinggi terhadap lingkungan.

Baca juga: Efektivitas film pendek untuk edukasi oleh para pejuang lingkungan

Baca juga: Mahasiswa IPB University edukasi lingkungan ke anak-anak lewat dongeng

Baca juga: AP I-WWF kerja sama edukasi lingkungan hidup

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022