Singapura (ANTARA) - Dolar jatuh menjadi di bawah tertinggi baru-baru ini di perdagangan Asia pada Selasa sore, karena para investor menunggu data inflasi AS yang akan dirilis pekan ini, waspada terhadap kejutan yang dapat menambah lebih banyak tekanan ke atas pada suku bunga.

Data inflasi akan dirilis pada Rabu (10/8/2022) dan antisipasi kemungkinan akan membuat keadaan tetap tenang sampai saat itu.

Dolar Australia dan Selandia Baru naik semalam dan stabil dalam ketenangan sebelum IHK di Asia. Aussie menahan kenaikan di 0,6974 dolar AS. Kiwi juga melakukan hal yang sama pada 0,6281 dolar AS, meninggalkan keduanya tepat di atas rata-rata pergerakan (MA) 50-hari mereka.

Sterling bertahan di 1,2084 dolar dan euro tertahan sedikit di atas paritas di 1,0194 dolar, dengan krisis energi di benua itu berarti mungkin kehilangan dorongan jika dolar melemah. Yen bertahan di 134,94 per dolar.

Rilis sebelumnya telah menyebabkan reaksi beragam di pasar mata uang dan tidak jelas apakah angka yang tinggi akan mengangkat ekspektasi suku bunga dan dolar bersama-sama, atau mengirimnya ke arah yang berlawanan dengan lebih lanjut memicu kekhawatiran stagflasi.

"Pasar dapat dimengerti menunggu angka-angka untuk kemudian berubah, daripada bergerak untuk mengantisipasinya," kata Ray Attrill, Kepala Strategi Valuta Asing di National Australia Bank di Sydney.

"Kami memiliki enam angka IHK tahun ini, empat dari enam itu adalah kejutan naik ... tetapi dampaknya terhadap dolar sedikit ambigu."

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan inflasi utama tahun-ke-tahun di 8,7 persen -- sangat tinggi, tetapi di bawah angka 9,1 persen bulan lalu.

Data tenaga kerja yang kuat minggu lalu memicu ekspektasi kenaikan jangka pendek yang agresif dan pasar obligasi pemerintah telah bergerak untuk mengangkat imbal hasil jangka pendek, tetapi hampir tidak mengubah suku bunga jangka panjang.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun sekarang di atas imbal hasil 10-tahun, indikator resesi yang andal, dan kesenjangan telah berkembang menjadi yang terbesar dalam dua dekade.

Namun pada Senin (8/8/2022), survei Fed New York menunjukkan ekspektasi inflasi konsumen turun tajam pada Juli, mungkin menawarkan sepotong harapan bahwa rilis IHK membawa bantuan.

"Ekspektasi bahwa Fed dapat mengumumkan kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi pada 21 September telah meningkat di belakang laporan gaji Juli AS yang kuat (Jumat)," kata Jane Foley, ahli strategi mata uang senior di Rabobank.

"Akhir pekan ini, rilis inflasi IHK AS Juli diharapkan menunjukkan beberapa moderasi dalam tekanan inflasi," katanya. "Ini sekarang mungkin cukup bagi The Fed untuk bersantai."

Baca juga: Dolar melemah, investor tunggu data inflasi untuk petunjuk tentang Fed

Status safe-haven dolar, bagaimanapun, membuat reaksi greenback sedikit lebih sulit untuk diprediksi, terutama karena kekhawatiran pertumbuhan dan kekhawatiran geopolitik berputar.

Kepercayaan konsumen turun di Australia selama sembilan bulan berturut-turut.

China memperpanjang latihan militer di dekat Taiwan, dan menteri luar negeri pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu mengatakan China menggunakan latihan yang diluncurkan sebagai protes terhadap kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi sebagai alasan untuk mempersiapkan invasi.

Yuan China sedikit lebih rendah menjadi 6,7513 per dolar.

"Hubungan AS-China semakin memburuk," kata Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dalam pidato Hari Nasionalnya, yang juga menyertakan peringatan bagi mereka yang mengharapkan kemenangan cepat atas inflasi.

"Dunia tidak mungkin kembali dalam waktu dekat ke tingkat inflasi dan suku bunga rendah yang telah kita nikmati dalam beberapa dekade terakhir," katanya.

Baca juga: Yuan terangkat 111 basis poin menjadi 6,7584 terhadap dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022