Jakarta (ANTARA) - Bank sentral Thailand pada Rabu (10/8) mengumumkan akan menaikkan suku bunga kebijakan utamanya sebesar 0,25 poin persentase, kenaikan suku bunga pertamanya sejak akhir 2018, guna meredam lonjakan inflasi.

Komite kebijakan moneter Bank of Thailand (BOT) melakukan pemungutan suara dengan hasil 6 suara mendukung dan 1 suara menolak untuk menaikkan suku bunga kebijakan dari 0,50 persen menjadi 0,75 persen, yang akan segera efektif berlaku.

Kenaikan suku bunga kebijakan pertama dalam lebih dari tiga tahun di Thailand itu diambil setelah pemulihan ekonomi terus menunjukkan penguatan, sedangkan pertumbuhan inflasi tetap berada di level tinggi.

Komite itu memperkirakan perekonomian Thailand akan terus pulih dengan momentum kuat karena jumlah kedatangan wisatawan mancanegara lebih besar daripada perkiraan menyusul pelonggaran restriksi perjalanan internasional dan sentimen perjalanan yang semakin positif.
 
   Namun demikian, inflasi utama akan tetap tinggi sepanjang 2022 sebelum kemudian secara bertahap masuk ke kisaran target pada 2023, ungkap komite tersebut dalam sebuah pernyataan di situs web BOT (Xinhua)


"Komite memandang bahwa suku bunga kebijakan seharusnya dinormalisasi ke level yang konsisten dengan pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka panjang. Normalisasi kebijakan moneter seharusnya dilakukan secara bertahap dan terukur sesuai dengan proyeksi pertumbuhan dan inflasi pada periode mendatang," papar komite itu.

Komite tersebut mencatat bahwa perekonomian diperkirakan akan kembali ke level pra-COVID-19 pada akhir tahun ini dan akan terus membaik. Komite juga memperingatkan soal risiko proyeksi pertumbuhan dari kenaikan biaya hidup.

Indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) Thailand naik 7,61 persen secara tahunan (year on year) pada Juli, sedikit di bawah rekor tertinggi dalam 14 tahun yang tercatat pada Juni kemarin di angka 7,66 persen, tetapi masih di atas kisaran target BOT yang berada di angka 1-3 persen.

CPI inti, yang tidak mencakup harga makanan mentah dan energi, naik dengan laju lebih cepat sebesar 2,99 persen bulan lalu, meningkat dari kenaikan 2,51 persen pada Juni, yang memicu kekhawatiran bahwa tekanan inflasi sedang meluas.

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022