Kami berharap pada 2024, dua persen rumah sakit di Indonesia dapat mencapai tingkat tertinggi
"Pimpinan dan profesional rumah sakit di bidang Teknologi Informatika dan digitalisasi perlu datang ke Bali dan belajar dari satu sama lain dan bersama-sama membangun industri layanan kesehatan nasional yang lebih kuat," ujar Dr.dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, Sp.BTKV (K), selaku Ketua Umum Komite Pengarah HIMSS22 APAC Health Conference & Exhibition.

Konferensi ini akan menghadirkan para ahli dan profesional di bidang kesehatan digital dari Indonesia, Singapura, India, Korea Selatan, Taiwan, Kanada, Inggris, Amerika Serikat, serta negara-negara lain dalam beragam rapat kerja dan lokakarya.

Topik yang akan dibahas termasuk cybersecurity dan data privacy, penggunaan cloud computing dalam transformasi kesehatan digital, pertukaran informasi kesehatan, informatika keperawatan, studi kasus transformasi digital di Asia-Pasifik, dan lain-lain.

Selain itu, konferensi ini juga bertujuan untuk menunjukkan komitmen dan upaya Indonesia dalam transformasi digital, yang dibuktikan dengan kemitraan antara HIMSS dan berbagai pelaku layanan kesehatan di tanah air, termasuk Kementerian Kesehatan RI.

Indonesia sedang merevolusi pelayanan kesehatannya secara digital, terutama dalam mewujudkan cetak biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024. HIMSS bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan berbagai penyedia layanan kesehatan untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia.

"Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sudah menjalani beberapa kolaborasi untuk membuat standar Electronic Medical Record Adoption Model (EMRAM)," jelas Setiaji, S.T., M.Si. dari Digital Transformation Office, Kementerian Kesehatan RI, merujuk pada sebuah istilah HIMSS yang digunakan untuk menggambarkan maturitas digital rumah sakit, dengan Tingkat 7 menjadi yang tertinggi.

Baca juga: Presiden buka Konferensi Internasional Keamanan Kesehatan Global

“Kami berharap pada 2024, dua persen rumah sakit di Indonesia dapat mencapai tingkat tertinggi,” tambahnya.

Pada Juli, Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan platform integrasi data perawatan kesehatan yang diberi nama SATUSEHAT, dengan target sekitar 8.000 fasilitas kesehatan di Indonesia akan terintegrasi dengan platform tersebut hingga akhir 2022.

Pemerintah juga telah menyiapkan enam pilar transformasi kesehatan: transformasi teknologi kesehatan, transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, dan transformasi sumber daya manusia kesehatan.

Langkah pemerintah tersebut sangat tepat, transformasi di tengah perubahan cepat teknologi di berbagai bidang. Bukan saja pada sektor mobilitas, logistik, perdagangan dan lokapasar, pendidikan, dan lain sebagainya, sektor kesehatan juga harus memiliki dukungan teknologi yang mumpuni demi penanganan yang lebih tepat, cepat, dan optimal.

Memang sudah menjadi keharusan bahwa dunia kesehatan pun harus mengadopsi dan terus terlibat dalam perkembangan teknologi digital, karena selain pola kehidupan masyarakat yang sudah berubah, terutama sejak pandemi, teknologi juga banyak memberikan kemudahan dan membuat lebih efisien.

Tumbuh pesatnya pelayanan telemedisin beberapa tahun terakhir membuktikan bahwa cara pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kesehatan pada masyarakat telah berubah.

Baca juga: Ada konferensi digital bahas isu kesehatan di era normal baru

Baca juga: Kiprah Indonesia cegah pandemi lanjutan melalui GHSP

Baca juga: Kemenkes ungkap tantangan digitalisasi layanan kesehatan di Indonesia

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022