Islamabad (ANTARA) - Banjir maut di Pakistan diperkirakan menelan kerugian lebih dari 10 miliar dolar AS (Rp148,8 triliun), kata Menteri Perencanaan Ahsan Iqbal, Senin.

Dia mengatakan dunia berkewajiban membantu negaranya mengatasi dampak perubahan iklim akibat ulah manusia.

Banjir bandang yang belum pernah terjadi sebelumnya di Pakistan itu disebabkan oleh hujan monsun.

Dalam beberapa pekan terakhir, bencana itu telah menewaskan sedikitnya 1.000 orang dan berdampak pada lebih dari 33 juta lainnya atau sekitar 15 persen dari 220 juta penduduk Pakistan.

Iqbal sebelumnya menyebut situasi di sana sebagai bencana kemanusiaan akibat iklim dengan skala luar biasa.

"Saya pikir (bencana) ini akan menjadi sangat besar. Sejauh ini, perkiraan sangat awal… lebih tinggi dari 10 miliar dolar," kata dia dalam wawancara dengan Reuters.

"Kami sudah kehilangan 1.000 nyawa manusia. Ada kerusakan pada hampir satu juta rumah," kata dia.

Iqbal menilai bencana tersebut lebih buruk daripada yang menimpa Pakistan pada 2010, ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengirimkan bantuan bencana terbesar yang pernah digelontorkan.

Sang menteri mengatakan diperlukan waktu sekitar lima tahun untuk membangun kembali dan merehabilitasi kerusakan akibat banjir itu, sementara dalam jangka pendek warga akan menghadapi kelangkaan pangan yang akut.

Untuk memitigasi hal itu, Menteri Keuangan Miftah Ismail mengatakan Pakistan bisa mempertimbangkan untuk mengimpor sayuran dari seteru mereka, India.

Kedua negara bertetangga itu sejak lama tidak saling bertransaksi dalam perdagangan.

"Kami dapat mempertimbangkan impor sayuran dari India," kata Ismail kepada Geo News TV, seraya menyebut sumber-sumber pasokan pangan lain seperti Turki dan Iran.

Harga pangan telah meroket sejak tanaman pangan dan jalan-jalan penghubung hancur akibat banjir.

Perdana Menteri India Narendra Modi mengaku merasa sedih dengan bencana banjir di Pakistan itu.


Korban Perubahan Iklim

Para warganet mengunggah video-video tentang warga yang terlantar dan tentang satu keluarga yang hanyut dalam banjir bandang. Tapi Reuters tidak bisa memverifikasi kebenaran rekaman itu secara independen.

Wilayah selatan, barat daya dan utara Pakistan terdampak paling parah oleh banjir tersebut, yang telah merusak lahan pertanian dan lumbung pangan, serta mengisolasi wilayah-wilayah itu selama beberapa hari terakhir.

Puluhan ribu keluarga telah mengungsi dari rumah mereka ke rumah kerabat atau tenda pengungsian yang didirikan pemerintah, sementara warga lainnya tinggal di tempat terbuka sambil menunggu bantuan tenda, makanan dan obat-obatan.

Pakistan telah meminta bantuan internasional dan sejumlah negara sudah mengirimkan pasokan dan tim penyelamat.

Menteri Luar Negeri Pakistan pada Minggu mengatakan dirinya berharap institusi-institusi keuangan seperti Dana Moneter Internasional (IMF) akan memberikan bantuan finansial, mengingat besarnya kerugian yang diakibatkan oleh bencana itu.

Namun, Iqbal mengatakan setiap permintaan bantuan finansial secara formal perlu menunggu sampai cakupan kerusakan diketahui.

Pakistan bersama dengan para mitra seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB) sedang mengevaluasi cakupan kerusakan itu.

Pemerintah China pada Senin mengatakan akan memberikan tambahan bantuan kemanusiaan berupa dana tunai senilai 300 ribu dolar AS (Rp4,47 miliar) dan 25 ribu tenda.

China sebelumnya telah mengirimkan 4 ribu tenda, 50 ribu selimut dan 50 ribu terpal tahan air ke Pakistan.

Presiden China Xi Jinping juga telah menelepon Presiden Pakistan Arif Alvi untuk menyampaikan belasungkawa atas bencana dahsyat tersebut, menurut media pemerintah China.

Pemerintah Kanada pada Senin mengumumkan bantuan kemanusiaan senilai 5 juta dolar AS (Rp74,44 miliar) bagi Pakistan.

Iqbal juga mengatakan bahwa dunia berutang pada Pakistan, yang menjadi salah satu korban perubahan iklim akibat "pembangunan tak bertanggung jawab oleh negara-negara maju".

"Jejak karbon kami paling rendah di dunia," kata dia.

"Komunitas internasional punya tanggung jawab untuk membantu kami, meningkatkan infrastruktur kami agar lebih tahan iklim, sehingga kami tidak mengalami kerugian setiap tiga, empat, lima tahun," katanya.

"Daerah-daerah yang biasa menerima hujan kini tidak lagi menerima hujan dan daerah-daerah yang biasa menerima hujan sedikit kini menerima hujan sangat deras," kata dia.

Menurut Iqbal, 45 persen tanaman kapas telah hancur dan gandum yang baru ditanam di Pakistan selatan juga terdampak. Kerusakan parah juga menimpa sawah serta kebun sayur dan buah.

Kementerian Keuangan Pakistan dalam laporan prospek ekonomi terbaru telah memperingatkan dampak bencana itu pada tanaman-tanaman semusim yang penting, terutama kapas.

Kapas telah menjadi andalan bagi sektor tekstil Pakistan yang menyumbang lebih dari 60 persen ekspor negara itu.

Para analis mengatakan dampaknya akan sangat hebat bagi Pakistan, yang sedang menghadapi krisis ekonomi, inflasi tinggi, depresiasi mata uang dan defisit anggaran.

IMF pada Senin menyetujui dana talangan senilai lebih dari 1,1 miliar dolar (Rp16,37 triliun) yang telah ditunggu Pakistan sejak awal tahun ini.

Sumber: Reuters
Baca juga: PBB tingkatkan bantuan bagi korban bencana banjir di Pakistan
Baca juga: Warga Pakistan terdampak banjir butuh bantuan kemanusiaan-pemulihan
Baca juga: PM Pakistan minta bantuan internasional tanggulangi bencana banjir

 

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022