UMKM di Indonesia adalah sebuah bentuk pertahanan ekonomi nasional. Karena telah teruji ...
Jakarta (ANTARA) - Momentum Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin di berbagai aspek, salah satunya yakni membangkitkan peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam mendukung pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19.

UMKM memegang peranan krusial dalam pilar perekonomian khususnya di negara berkembang, di mana UMKM menciptakan 50 persen lapangan kerja secara global.

UMKM formal, berdasarkan laporan Bank Dunia,  juga berkontribusi sekitar 40 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara berkembang. Angka tersebut belum termasuk kontribusi UMKM di sektor informal.

Di negara berkembang, tujuh dari 10 lapangan kerja yang tersedia diserap oleh UMKM. Oleh karena itu, peran UMKM dalam pemulihan ekonomi sangat tidak dapat diremehkan.

Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa jumlah UMKM sekitar 65,47 juta unit pada tahun 2019. Jumlah tersebut mencapai 99,99 persen dari total usaha yang ada di Indonesia dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61,97 persen.

UMKM juga mampu menyerap 97 persen dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun hingga 60,4 persen dari total investasi.

Penyelamat ekonomi nasional

Terlepas dari perannya dalam pilar perekonomian guna mendukung Indonesia jadi negara maju, UMKM secara historis telah jadi penyelamat ekonomi nasional, khususnya pada masa krisis moneter pada 1998.

"UMKM di Indonesia adalah sebuah bentuk pertahanan ekonomi nasional. Kenapa saya katakan demikian? Karena telah teruji, UMKM mampu menyelamatkan ekonomi nasional pada krisis tahun 1998," kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.

Inflasi Indonesia kala itu mencapai 88 persen sehingga menyebabkan semua perusahaan pailit bahkan tidak mampu lagi menjalankan usahanya. Saat itu, hanya UMKM yang mampu bertahan dari krisis dan mampu mendukung ekonomi nasional. UMKM kala itu benar-benar menjadi katup penyelamat bangsa ini dari kemerosotan yang lebih dalam.

Kini, pascapandemi COVID-19, UMKM kembali jadi pertahanan ekonomi Indonesia dan menjadi salah satu usaha yang justru lebih dahulu bangkit dan turut mendukung pemulihan ekonomi.

Jika diingat, saat awal krisis pandemi COVID-19, UMKM berhasil melakukan transformasi digital ke e-commerce. Kondisi pandemi juga memunculkan inovasi baru dari para pelaku UMKM, seperti kategori frozen food (makanan beku) dari sektor kuliner dan berbagai produk layanan kesehatan.

Karena perannya yang penting itu, pemerintah mendorong sinergi antara pengusaha besar dan UMKM untuk saling mendukung pemulihan ekonomi. Hal itu diimplementasikan melalui aturan bahwa investor besar yang masuk diwajibkan untuk menggaet pengusaha dan UMKM lokal.


Masuk rantai nilai global

Selain mendukung UMKM untuk jadi pahlawan di negeri sendiri, pemerintah juga tidak tinggal diam untuk mendorong UMKM bisa go global dan masuk rantai nilai global (global value chain).

Mengutip hasil studi OECD Working Party on SMEs Entrepreneurship, ditemukan bahwa keterlibatan dalam rantai nila global (global value chain) akan menguntungkan UMKM.

Kementerian Perdagangan juga turut serta dalam upaya untuk mempermudah dan memperluas akses pasar UMKM diantaranya melalui perjanjian perdagangan bebas dengan sejumlah negara atau kawasan; mendukung upaya meningkatkan kapasitas SDM UMKM melalui berbagai pelatihan dan pendampingan; hingga mempromosikan produk UMKM Indonesia ke seluruh dunia.

"UMKM Indonesia memiliki potensi besar untuk jadi bagian dari rantai nilai global," kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

Sayangnya, UMKM Indonesia masih memiliki tantangan untuk naik kelas dan menjadi bagian dari rantai nilai global.

Berdasarkan catatan Kemendag, kontribusi UMKM pada produk ekspor Indonesia tahun 2020 baru mencapai 15,69 persen, lebih kecil dibandingkan kontribusi UMKM di negara-negara ASEAN, yang rata-rata sudah mencapai 20 persen.

Demikian pula rasio partisipasi UMKM Indonesia terhadap rantai nilai global yang masih di bawah angka 4,1 persen.

Mengutip data Asian Development Bank Institute pada tahun 2020, ada beberapa kendala yang dihadapi UMKM Indonesia untuk bisa naik kelas dan masuk rantai nilai global di antaranya karena produk ekspor masih didominasi oleh produk intermediate goods, bukan produk jadi atau produk manufaktur yang punya nilai tambah tinggi.

Tidak hanya itu, keterbatasan infrastruktur dan mahalnya logistik juga jadi penghambat pertumbuhan bisnis UMKM. Ditambah lagi penguasaan teknologi, pemenuhan standar, kepemilikan sertifikasi yang belum tersebar luas, serta faktor eksternal lainnya yang menyebabkan penurunan partisipasi seperti permodalan, akses pasar, kondisi makro ekonomi, termasuk pandemi COVID-19.

Unjuk gigi di G20

Oleh karena itu, Presidensi G20 Indonesia tentu bisa jadi peluang bagi UMKM Indonesia untuk bisa unjuk gigi dan mempromosikan diri agar bisa dikenal dan akhirnya bisa menembus pasar global.

Kementerian Koperasi dan UKM juga melakukan kurasi produk unggulan UMKM melalui sejumlah promosi di banyak side event G20. Beberapa produk unggulan yang dipromosikan itu itu di antaranya kuliner, wellness, dan fesyen.

"Saya sudah keliling Indonesia dan produk UMKM tidak kalah dengan produk industri, malah ada produk custom. Ini jadi keunggulan karena barangnya langka, kan. Jadi semakin langka kian bagus,” ungkap Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

Ajang promosi dalam rangkaian kegiatan G20 memang diharapkan dapat mendorong kehadiran UMKM sebagai kekuatan utama ekonomi Indonesia.

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian yang juga Sherpa B20 Rizal Affandi Lukman mengungkapkan engagement group di bawah G20 Sherpa Track itu juga turut mendorong pengembangan UMKM.

Langkah yang diambil B20, antara lain, memastikan rekomendasi kebijakan atas keterlibatan UMKM dalam ekonomi berbasis digital sebagai kunci ketahanan terhadap perkembangan zaman. B20 juga menghasilkan rekomendasi kebijakan terkait keterampilan literasi digital (digital literacy skills) dan perangkat digital (digital tools) yang sangat diperlukan oleh UMKM.

B20 juga memberikan rekomendasi perlunya dukungan fasilitasi bagi UMKM untuk berpartisipasi dalam mata rantai perdagangan global. Serta menghadirkan beberapa kegiatan yang dijadikan sarana bagi UMKM untuk mempromosikan bisnisnya.

Dengan semua dukungan yang diberikan berbagai pihak, sudah saatnya UMKM Indonesia memimpin arah pemulihan ekonomi untuk bisa bangkit bersama dan lebih kuat. Momentum Presidensi G20 akan jadi awal semua kalangan maju bersama, tidak hanya usaha besar tetapi juga mereka yang punya usaha kecil dan mikro.
 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022