Doha (ANTARA News) - Ketua Badan Nuklir Internasional (IAEA) Mohammad Elbaradei menyatakan, sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( DK PBB) terhadap Iran merupakan pemikiran buruk. "Sanksi merupakan pemikiran buruk. Kita tidak menghadapi ancaman maut. Kita perlu mengurangi tekanan," katanya di Doha, ibukota Qatar, Kamis waktu setempat. "Pesan saya untuk Iran ialah masyarakat antar-bangsa semakin tidak sabar, dan anda perlu menanggapinya dengan mempersenjatai saya dengan keterangan," kata Elbaradei. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris, Jack Straw, sebelumnya menyatakan bahwa sanksi dapat terjadi, jika Iran tetap melawan dan menolak menghentikan pengayaan uraniumnya, seperti tuntutan DK PBB, Rabu. Iran, yang menyatakan hanya menginginkan nuklir untuk pembangkit listrik, menolak pernyataan DK PBB yang menyerukan pembekuan pengayaan dan pelaporan badan nuklir lembaga dunia itu atas tanggapan Iran dalam 30 hari. Pernyataan itu merupakan hasil beberapa pekan perundingan di antara lima anggota tetap Dewan Keamanan, yang memiliki hak veto, yakni Inggris, Perancis, Cina, Rusia, dan Amerika Serikat. Naskah akhir diperlunak untuk menghilangkan bahasa yang dikuatirkan Moskow dan Beijing dapat mengarah kepada sanksi. Enam negara utama dunia hari Kamis berkumpul di Berlin untuk membahas langkah mendatang menghadapi program nuklir Iran, sementara Rusia dan Cina berusaha mencari jaminan bahwa tidak ada rencana penggunaan kekerasan terhadap Iran. Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeir mengatakan kepada harian bisnis "Hendelsblatt" bahwa ia ingin memperlihatkan kebersatuan dalam pembicaraan itu. "Saya yakin bahwa sikap bersama bukan tidak mungkin," katanya, "Bagi kami, kesatuan dalam masyarakat internasional kemungkinan besar tidak hilang." Pada hari Rabu, Dutabesar Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Javad Zarif menyatakan Teheran tidak akan tunduk pada ancaman antarbangsa untuk menyerahkan haknya dalam upaya memperoleh tenaga nuklir dan menambahkan bahwa negerinya "alergi" terhadap tekanan. Teheran menyatakan membutuhkan tenaga nuklir hanya untuk tujuan damai dan tidak menginginkan bom atom seperti diduga negara Barat. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan baik Rusia maupun Cina tidak akan menerima penggunaan kekerasan. "Banyak mitra Eropa kita mengatakan dan mitra Cina berujar berkali-kali bahwa penyelesaian masalah itu lewat kekerasan sangat tidak produktif dan sulit untuk didukung," kata Lavrov seperti dikutip kantor berita Interfax. Menteri Luar Negeri Jerman, Inggris, Perancis dan Amerika Serikat serta ketua kebijakan luar negeri Eropa Bersatu Javier Solana dijadwalkan akan bertemu di Berlin. Juribicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Sean McCormack menyatakan tujuan pertemuan itu adalah menentukan strategi mendatang. Diplomat EU menyatakan diplomat Amerika Serikat dan Eropa Bersatu akan membahas dengan mitranya dari Rusia dan Cina tentang strategi, yang digariskan dalam surat, yang dibocorkan ke media awal Maret oleh John Sawers, diplomat utama Inggris. Sawers mengatakan pernyataan ketua Dewan Keamanan, yang tidak memunyai kekuatan hukum, sebaiknya diikuti resolusi mengikat berdasarkan atas Bab VII piagam PBB. Di Berlin, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice juga bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merekel untuk membahas masalah Iran. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006