Pandeglang (ANTARA) -
Nelayan Teluk Labuan Pandeglang, Provinsi Banten kembali ke pesisir akibat diterjang angin kencang disertai gelombang tinggi yang melanda Perairan Selatan Sunda bagian utara.
 
"Kami lebih baik ke pesisir melihat angin cukup kencang disertai gelombang tinggi," kata Alibuang (45) seorang nelayan TPI Teluk Labuan Pandeglang, Sabtu.
 
Tiupan angin kencang disertai gelombang tinggi di Teluk Labuan Pandeglang sejak pukul 10.30 WIB hingga sore ini masih berlangsung.
 
Mereka nelayan yang hendak melaut ke Pulau Panaitan, Ujung Kulon dan sekitar Gunung Anak Krakatau terpaksa mengurungkan, karena khawatir menimbulkan kecelakaan laut.
 
"Kami tidak berani melaut, karena angin kencang dan diperkirakan ketinggian mencapai 2,5 meter," katanya menjelaskan.
 
Begitu juga nelayan lainnya, Suryadi (55) mengatakan dirinya membatalkan untuk melaut karena cuaca di Perairan Labuan cukup buruk, selain angin kencang juga gelombang tinggi.
 
Sebelumnya, Suryadi bersama dua rekan pukul 16.00 WIB melaut ke Pulau Panaitan untuk menangkap ikan cumi, namun melihat angin kencang dan gelombang tinggi ketakutan kapal tenggelam.
 
"Kami lebih memilih tidak melaut dengan cuaca buruk itu,"katanya.
 
Sejumlah lapak kuliner dan warung nasi di Teluk Labuan Pandeglang roboh setelah diterjang angin kencang dan gelombang tinggi.
 
Para pedagang kuliner dan warung nasi itu dipastikan tidak berjualan, padahal nanti cukup ramai karena malam Minggu yang biasanya banyak pengunjung.
 
"Kami terpaksa memperbaiki kembali tempat berjualan akibat diterjang angin kencang itu," katanya.
 
Sementara itu, Sarmedi, seorang pengelola TPI Teluk Labuan Pandeglang mengatakan ratusan nelayan di sekitar wilayah itu tidak melaut karena tiupan angin cukup kencang disertai gelombang tinggi.

Mereka nelayan kini lebih baik memperbaiki jaring tangkap yang mengalami kerusakan sambil menunggu cuaca kembali normal.
 
"Kami berharap cuaca di Perairan Selat Sunda bagian utara dan selatan kembali normal, sehingga nelayan bisa melaut," katanya.
 

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022