New York (ANTARA) - Long COVID atau penyakit COVID-19 yang berkepanjangan membuat 4 juta orang kehilangan pekerjaan di Amerika Serikat (AS), dengan hilangnya pendapatan yang jumlahnya diperkirakan mencapai sedikitnya 170 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.900) dalam setahun, sebuah beban ekonomi yang signifikan di saat biaya hidup meningkat tajam, demikian dilaporkan majalah Forbes pada Jumat mengutip laporan wadah pemikir Brookings.

Laporan tersebut menggunakan data terbaru dari Household Pulse Survey yang diselenggarakan Biro Sensus pada Juni, yang menemukan bahwa 16,3 juta (sekitar 8 persen) warga usia kerja di AS saat ini mengalami Long COVID.

Brookings menguatkan temuan tersebut dengan studi terbaru Federal Reserve Bank of Minneapolis, yang menemukan bahwa 24,1 persen warga yang terinfeksi COVID-19 mengalami gejala penyakit tersebut selama tiga bulan atau lebih.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS, sekitar 70 persen warga Amerika telah terpapar COVID-19. Ini berarti 34 juta warga usia kerja di AS mengalami gejala Long COVID.

Sebuah studi pada Juli 2021 dari Patient-Led Research Collaborative menemukan bahwa hanya sekitar 27 persen pasien Long COVID bekerja dengan jam kerja yang sama seperti sebelum mereka jatuh sakit, dan sekitar 23 persen tidak bekerja sama sekali, sebagai akibat langsung dari Long COVID. 


 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2022