Quetta, Pakistan (ANTARA News) - Sepuluh orang, termasuk lima polisi suku, tewas dan 13 lain cedera dalam ledakan-ledakan bom pada hari Minggu di provinsi bergolak Baluchistan, Pakistan baratdaya, kata sejumlah pejabat setempat. Tiga warga sipil, yang terdiri atas seorang pria, seorang wanita dan seorang anak perempuan, tewas dan tujuh orang lain cedera dalam dua ledakan bom di sebuah tempat pertanian yang dikelola pemerintah di kota Kohlu, 300 kilometer sebelah tiumur Quetta, kata seorang pejabat keamanan setempat kepada Kantor Berita Prancis (AFP). Pejabat itu sebelumnya menyatakan, dua prajurit paramiliter tewas dalam ledakan itu. "Laporan pendahuluan menunjukkan bahwa dua prajurit paramiliter tewas, namun kemudian korban-korban yang tewas diidentifikasi sebagai warga sipil," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu. Ia menyalahkan serangan itu pada militan suku yang melakukan pemberontakan sporadis dalam beberapa tahun terakhir ini di Baluchistan yang kaya mineral namun berpenduduk jarang. Lima polisi suku dan seorang aparat keamanan swasta yang sedang menjaga sebuah lokasi eksplorasi gas dan minyak tewas dan empat orang cedera dalam ledakan ranjau di daerah gurun Sunny di distrik terpencil Bolan, kata mayor polisi suku Mohammed Anjum kepada AFP. Seorang supir traktor tewas dan dua orang cedera di distrik Naseerabad ketika sebuah traktor melindas ranjau Minggu, kata Khalid Magsi, seorang polisi. Pasukan paramiliter hari Minggu juga menjinakkan sebuah bom dengan pengendali jarak jauh yang dipasang di sebuah rel kereta-api utama di dekat stasiun Mach sekitar dua jam sebelum dua kereta-api penumpang melewati lokasi itu, kata seorang komandan paramiliter. Sejumlah kepala suku mengatakan, mereka berjuang untuk memperoleh hak-hak politik lebih besar dan bagian keuntungan lebih besar dari sumber-sumber daya alam di kawasan tersebut. Sekitar 8.000 aktivis partai oposisi hari Minggu mengadakan pawai di ibukota provinsi itu, Quetta, untuk menuntut diakhirinya operasi militer di provinsi tersebut. "Kami tidak akan berunding dengan pemerintah sampai pekerja-pekerja kami dibebaskan dari penjara dan sel-sel penyiksaan dan operasi militer dihentikan," kata Akhtar Mengal, ketua Partai Nasional Baluchistan, pada pawai tersebut. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006