Solo (ANTARA News) - Pendaki dilarang naik ke puncak Gunung Merapi, yang terletak di kawasan antara perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta, karena sejak 15 Maret hingga sekarang masih berstatus "Awas Merapi". Yulianto penjaga Pos Pengamat Gunung Merapi di Selo, Senin, menginformasikan, sejak dua hari terakhir ini daerah tersebut diselimuti kabut tebal, mengakibatkan puncak Gunung Merapi tidak bisa dilihat. "Kabut tebal itu tidak hanya menyelimuti di puncak Gunung Merapi saja, tetapi juga sampai di Pos Pengamatan Gunung Merapi di Selo. Pada hari ini pun masih seperti itu," katanya. Ia mengatakan dengan status "Awas Merapi" ini, maka semua pendaki tidak diizinkan naik masuk daerah pelataran Puncak Garuda dan daerah sekitarnya, karena sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa pendaki. "Apabila ada pendaki yang tetap memaksakan diri naik ke puncak Gunung Merapi, hanya diizinkan sampai daerah Pasar Bubar. Ini pun dengan catatan harus selalu mengontak dengan pos-pos penjagaan," katanya. Menyinggung gempa yang terjadi di perut Gunung Merapi, ia menyebutkan pada 1 April 2006 telah terjadi 11 kali, di antaranya guguran tiga kali, multi fase empat kali dan tektonik dua kali. "Gempa-gempa yang tercatat itu masih dalam ukuran relatif kecil, tetapi saya tidak tahu kalau untuk besok, karena kegiatan yang terjadi di perut Gunung Merapi itu sulit diprediksikan. Ya kalau untuk kami mudah-mudahan kegiatannya bisa menurun terus," katanya berharap. (*)

Copyright © ANTARA 2006