Jayapura (ANTARA News) - Bentrokan antara warga masyarakat dengan oknum aparat keamanan di areal pendulangan emas di Sungai Minibiru, yang berbatasan antara Kabupaten Nabire dan Kabupaten Paniai, Papua, mengakibatkan empat warga sipil luka-luka, sementara ratusan warga lainnya kini bersembunyi di hutan belantara. Pemantauan ANTARA di Nabire, Senin, Pence Bahassa dan Manuel Auik serta dua korban lainnya telah dievakuasi ke Nabire untuk mendapatkan perawatan secara intensif, sedangkan ratusan pendulang lainnya dilaporkan berlari bersembunyi di hutan belantara menghindari aparat keamanan. Korban Pence Bahassa dan Manuel Auik, asal Sangir, Sulawesi Utara itu juga membawa barang bukti berupa selosong peluru dan akan berupaya menyerahkan kepada pihak berwajib untuk diproses lebih lanjut. Kejadian itu berlangsung Kamis (30/3) di dalam areal penambangan emas secara tradisional di Sungai Minibiru, antara Kabupaten Nabire dan Kabupaten Paniai. Para pelaku sebanyak enam orang diminta bantuan oleh seorang pengusaha bernama H. Marzuki, warga penduduk Kota Nabire, untuk mengamankan pengiriman hasil pembelian emas yang didulang secara tradisional di Minibiru. Ketika hendak terjadi transaksi dengan harga yang paling rendah, para pendulang memprotes agar harganya dinaikkan. Namun, oknum aparat keamanan naik pitam memukul seorang pendulang dengan popor senjata dan seorang lainnya terkena peluru nyasar di bagian leher. Para korban berusaha menyelamatkan diri dengan berjalan kaki puluhan kilometer dan kini bersembunyi dengan keluarga di Nabire untuk mendapatkan perawatan medis. Menurut sumber ANTARA itu, sejumlah warga mempertanyakan keterlibatan oknum aparat keamanan yang dkontrak Hj. Marzuki untuk ikut dalam proses pembelian emas di dalam areal pendulangan di Sungai Minibiru. Dikabarkan oknum aparat keamanan itu didatangkan dari Jayapura oleh H. Marzuki untuk mengamankan proses pembelian dan pengiriman emas hasil pendulangkan penduduk. Pendulangan emas di Sungai Minibiru itu semakin ramai oleh warga masyarakat setempat maupun dari luar Papua, sehingga memgakibatkan pengrusakan hutan di daerah itu kian parah bahkan diduga oknum aparat keamanan ikut mendulang emas di Sungai Minibiru selama tiga tahun terakhir ini. Belum lama ini, sejumlah pegawai di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Nabire mengaku masyarakat dari luar Papua setiap minggu menggunakan kapal mewah milik PT Pelni seperti KM Sinabung dan KM Ngapulu tiba di Pelabuhan Nabire dan selanjutnya menggunakan kendaraan roda empat atau pesawat jenis Cessna terbang ke Sungai Minibiru untuk mendulang emas secara liar. Sementara Pemkab Nabire sampai saat ini belum mengeluarkan Perda pendulangan emas di Sungai Minibiru, sehingga daerah kehilangan pendapatan asli daerah (PAD), apalagi dikhawatirkan terjadi konflik horizontal antara penduduk setempat dengan para imigran di dalam areal pendulangan emas. Kapolres Paniai, AKBP Anthinus Diance yang dikonfirmasi via telpon seluler, Senin pagi menyatakan belum menerima laporan kejadian itu, namun dia berjanji akan mengkomunikasikan dengan Kapolres Nabire guna mengambil langkah mengatasi aksi bentrokan itu. (*)

Copyright © ANTARA 2006