Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah tengah membuat master plan (rencana induk) pengembangan sutera alam sebagai acuan untuk mengembangkan produksi sutera dari hulu ke hilir sehingga pada 2009 ekspor sutera meningkat menjadi 15,09 juta dolar AS dan impor bisa ditekan hingga mencapai 370 ribu dolar AS saja. "Kemampuan pasokan (sutera alam) nasional masih rendah, sehingga sampai saat ini kita masih impor walaupun tidak besar," kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Deperin, M Sakri Widhianto pada workshop pesuteraan alam nasional di Jakarta, Senin. Untuk itu, lanjut dia, Deperin, Dephut, dan Kantor Kementerian Koperasi/UKM, sepakat membuat konsep perencanaan pengembangan produksi sutera alam secara lebih terpadu mulai dari hulu sampai hilir, mulai dari penyediaan daun murbei, budi daya ulat sutera dan kokon, serta benang dan kain sutera. Menurut dia, dua departemen dan kementerian tersebut bahkan sepakat agar tindak lanjut kerjasama ketiganya tidak hanya dalam bentuk nota kesepahaman (MoU) tapi dalam bentuk peraturan menteri agar lebih kuat sebagai payung pengembangan sutera alam secara terpadu. Ditambahkan Direktur IKM Sandang Deperin, Yusran Munaf, potensi sutera alam di Indonesia sangat besar namun belum digarap optimal sehingga produksi benang sutera baru mencapai 32 ton, padahal kebutuhan dalam negeri mencapai 700 ribu ton. "Untuk mengisi kekurangan, sekitar 600 ton benang sutera diimpor dari Cina, Thailand, dan India terutama oleh industri pertenunan kita," katanya. Pada tahun 2004 impor sutera di Indonesia mencapai 1,4 juta dolar AS dan ditargetkan setelah dilakukan pengembangan sutera alam yang terpadu maka impor turun menjadi 370 ribu pada 2009. Dikatakannya juga kebutuhan benang sutera dunia terus meningkat. Tahun 2002 kebutuhannya mencapai 92.742 ton dan pada 2005 naik menjadi 118 ribu ton, tapi kemampuan produksi Indonesia baru 32 ton. Untuk itu menekan impor dan meraih peluang di pasar dunia itu, lanjut dia, dalam draft rencana induk pengembangan sutera alam nasional pemerintah merencanakan sejumlah langkah antara lain memperkuat kelembagaan Masyarakat Pesuteraan Alam Indonesia (MPAI) agar bisa menjadi pusat solusi sutera alam. Selain itu, meningkatkan sentra produksi, pengembangan jaringan distribusi, fasilitasi pendanaan, dan bantuan sarana produksi. Saat ini sentra utama pemintalan benang sutera terdapat di Sulsel (Enrekang, Soppeng, dan Wajo), Jabar (Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, dan Cianjur), serta Jateng, Yogyakarta, Bali, NTB, NTT, Lampung, Sumsel, Sumbar, dan Sumut. "Kita berharap rencana induk yang tengah dibuat konsepnya ini bisa menjadi acuan bagi investor," ujar Dirjen IKM Sakri Widhianto.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006