Terlalu dini untuk merayakan akhir inflasi, seperti yang tampaknya sudah dilakukan oleh beberapa pelaku pasar
Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia memperpanjang kenaikannya pada perdagangan Selasa sore, dengan dolar stabil di bawah tertinggi baru-baru ini menjelang data inflasi AS yang menurut beberapa ahli strategi dapat menawarkan sinyal lain bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik selain Jepang menguat 0,8 persen, dipimpin oleh Indeks KOSPI Korea Selatan yang ditutup melonjak 2,7 persen. Sementara Indeks Nikkei Jepang berakhir menguat 0,2 persen, indeks saham unggulan China CSI300 terangkat 0,4 persen, namun Hang Seng turun 0,1 persen.

Indeks MSCI telah naik selama empat hari berturut-turut, memantul kembali dari posisi terendah dua tahun.

Indeks S&P 500 berjangka dan Nasdaq berjangka bertahan, sementara saham berjangka Eropa turun, menyiapkan panggung untuk awal yang tenang untuk pasar Eropa.

Namun demikian, para analis memperingatkan bahwa inflasi inti AS kemungkinan akan terus berlanjut dan implikasi suku bunga jangka pendek belum jelas.

"Terlalu dini untuk merayakan akhir inflasi, seperti yang tampaknya sudah dilakukan oleh beberapa pelaku pasar," kata Ekonom ING, Rob Carnell.

Harga minyak mentah AS melayang di bawah 90 dolar AS per barel, turun hampir 30 persen sejak pertengahan Juni dan kira-kira di mana ia diperdagangkan sebelum invasi Rusia ke Ukraina.

Suku bunga berjangka menyiratkan peluang 90 persen bahwa Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada pertemuan kebijakan minggu depan - posisi yang mungkin paling rentan terhadap kejutan penurunan IHK (indeks harga konsumen).

"Penurunan inflasi lebih lanjut akan mendukung kasus penurunan laju pengetatan kebijakan ke kenaikan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan FOMC minggu depan," kata Kristina Clifton, Ekonom Senior CBA.

"Namun demikian, kejutan kenaikan inflasi akan dengan mudah memperkuat ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin lainnya."

Angka inflasi AS akan dirilis pada pukul 12.30 GMT dan konsensusnya adalah bahwa tingkat inflasi inti bulan lalu telah meningkat 0,3 persen bulan ke bulan, sama seperti pada Juli.

Pada Senin (12/9/2022) Indeks Wall Street membukukan kenaikan sesi keempat berturut-turut.

Data Asia yang keluar pada Selasa menawarkan gambaran suram tentang ekonomi regional. Lonjakan 9,0 persen tahun-ke-tahun dalam harga grosir Jepang menunjukkan tekanan pada margin perusahaan, namun perlambatan kenaikan untuk Agustus menyimpan beberapa harapan melegakan.

Baca juga: Saham Asia berakhir menguat, dolar berhati-hati jelang data inflasi

Di Selandia Baru, kenaikan suku bunga yang dimulai setahun lalu mulai terasa, membuat harga rumah turun 6,0 persen sejak Agustus lalu.

Dunia perbankan investasi juga menawarkan lawan dari antusiasme pasar saham. Goldman Sachs sedang mempertimbangkan PHK, seseorang yang mengetahui rencana tersebut mengatakan kepada Reuters.

Sebuah konsorsium yang dipimpin perusahaan investasi KKR telah mengatakan kepada Ramsay Health Care Australia bahwa mereka tidak akan meningkatkan penawaran tunai dan saham senilai 14,5 miliar dolar AS untuk operator rumah sakit, sebuah langkah yang kemungkinan akan membuat kesepakatan dibekukan.

Di pasar mata uang, dolar turun dari tertinggi baru-baru ini. Indeksnya terhadap mata uang utama lainnya stabil di 108,16, setelah jatuh 0,7 persen semalam, penurunan harian terbesar sejak Agustus.

Dorongan dari kenaikan suku bunga Eropa minggu lalu membuat euro memperpanjang kenaikannya di atas paritas di 1,0127 dolar.

Bahkan yen Jepang yang babak belur sedang beristirahat di 142,5 per dolar - sedikit lebih kuat dari level terendah 24 tahun minggu lalu di 144,99 dengan beberapa investor menutup taruhan pada penurunan lebih lanjut karena risiko intervensi resmi meningkat.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik semalam setelah beberapa lelang lesu. Penjualan terberat yang sangat panjang, dengan imbal hasil 30-tahun naik sekitar 6 basis poin menjadi sekitar 3,5 persen.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun stabil di 3,3425 persen di perdagangan Tokyo pada Selasa, di bawah imbal hasil dua tahun 3,5489 persen. Sementara itu, emas di pasar spot stabil di 1.722 dolar AS per ounce.

Baca juga: Minyak naik tipis di Asia dipicu kekhawatiran pasokan lebih ketat



 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022