Jakarta (ANTARA/JACX) - Unggahan video yang menampilkan operasi pengangkatan parasit dari tubuh seseorang menjadi viral di media sosial Facebook.

Video berdurasi dua menit 19 detik itu menunjukkan tenaga medis mengeluarkan parasit berupa cacing dari usus pasien.

Cacing pita itu, pada unggahan yang muncul 14 September 2022, bersarang pada usus manusia dan menyebabkan penyumbatan pada saluran pencernaan.

Akun pengunggah video itu menyebut cacing pita masuk ke pencernaan seseorang karena sering mengonsumsi sosis, naget (daging olahan), atau makanan lain yang berasal dari daging yang lama diawetkan.

Video itu telah dibagikan oleh pengguna lain Facebook hingga 113 kali, disukai 38 pengguna lain, dan mendapatkan komentar hingga 16 kali.

Benarkah konsumsi sosis, naget dan makanan lain dari daging yang diawetkan dapat menyebabkan kemunculan cacing di dalam usus?
 
Unggahan hoaks yang mengklaim makanan daging olahan seperti sosis, naget, dan lainnya dapat menyebabkan infeksi cacing di usus. (Facebook)


Penjelasan:
Penelusuran ANTARA terhadap video operasi pengangkatan parasit berupa cacing di usus seseorang itu menemukan kesamaan video dengan unggahan di YouTube pada 2019.

ANTARA menemukan percakapan tenaga-tenaga medis yang terdengar pada video itu merupakan percakapan dalam bahasa Indonesia.

Penelusuran lantas dilanjutkan dengan pencarian operasi pengangkatan cacing dari usus seseorang di rumah sakit di Indonesia.

Hasilnya, terdapat laporan dari sejumlah media dalam negeri tentang anak berusia 11 tahun yang menderita cacingan parah pada 2010.

Salah satunya laporan Okezone, terdapat anak berinisial S, warga Kampung Pasirpicis, Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat yang harus dirawat di Rumah Sakit Cibabat, Cimahi, karena semula didiagnosa terkena usus buntu.

Setelah dilakukan tindakan operasi, tenaga medis RS Cibabat yang dipimpin dokter bedah Didit B.S. menemukan lebih dari dua kilogram cacing gelang di usus anak itu.

Dokter Didit mengatakan cacing di pencernaan S telah berkembang biak dalam waktu lama yang diduga akibat pola hidup dan sanitasi tidak sehat, serta asupan gizi kurang.

Didit mengatakan perilaku hidup tidak higienis yaitu mencuci tangan dan makanan sebelum dikonsumsi, serta tidak memberi obat cacing rutin bagi anak-anak menjadi alasan mengapa cacing bisa berkembang biak di pencernaan.

Sementara pada laporan Detikcom, Dadang Yusuf yang merupakan ayah S, mengatakan telah diminta para dokter untuk terus menjaga kesehatan keluarga, termasuk rajin memotong kuku anak-anak serta membiasakan cuci tangan.

Selain S, dua anak lain Dadang juga diminta untuk diperiksa agar mencegah kasus serupa terjadi pada anggota keluarga.

Merujuk pada situs Ilmu Parasitologi Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), penyakit akibat cacing gelang (askariasis) menginfeksi pencernaan dan seringkali terjadi pada anak-anak di negara tropis dan berkembang.

"Askariasis merupakan infeksi yang paling umum terjadi di seluruh dunia, biasa terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana sanitasi dan kebersihan buruk," demikian penjelasan pada situs Kedokteran UGM.

Pencegahan penularan infeksi askariasis dapat dilakukan dengan membuat sistem pembuangan (sanitasi) yang efektif dan tidak membuang kotoran manusia di luar ruangan atau area terbuka.

Dari berbagai penjelasan terkait cacing gelang yang masuk ke pencernaan manusia itu tidak ditemukan penyebab oleh makanan seperti sosis dan naget, ataupun daging yang diawetkan.

Makanan yang dicuci sebelum dikonsumsi, atau justru dimasak secara matang, dan membersihkan tangan sebelum makan menjadi upaya terhindari dari cacing gelang yang masuk ke pencernaan.

Dengan demikian, klaim sosis dan daging lama sebabkan cacing di usus merupakan pernyataan salah yang menyesatkan atau hoaks.

Klaim: Sosis dan daging lama sebabkan cacing di usus
Rating: Hoaks/Salah

Cek fakta: Hoaks! Vaksin COVID-19 mengandung parasit hidup

Baca juga: Orang kaya juga bisa kena cacingan

Baca juga: Kasus stunting bukan hanya karena kemiskinan

Pewarta: Tim JACX
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2022