Karena pasokan terganggu pada awal Desember, pasar tidak mungkin melihat respons cepat dari produsen AS
Singapura (ANTARA) - Harga minyak jatuh di sesi Asia pada Senin sore karena kekhawatiran resesi global menyebabkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan permintaan bahan bakar akan melambat, namun kekhawatiran pasokan menjelang embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia pada Desember membatasi kerugian.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November terpangkas 46 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 90,89 dolar AS per barel pada pukul 07.01 GMT.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober merosot 65 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 84,46 dolar AS per barel, . Kontrak WTI Oktober berakhir pada Selasa (20/9/2022) dan kontrak November yang lebih aktif melemah 64 sen menjadi 84,12 dolar AS per barel.

Kedua kontrak naik lebih dari satu dolar pada Senin pagi. Pekan lalu, minyak berjangka turun lebih dari satu persen di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga lain oleh Federal Reserve dapat memperlambat pertumbuhan global.

Dolar mengambil giliran bullish pada Senin karena investor bersiap untuk pertemuan bank-bank sentral selama seminggu yang pasti akan melihat kenaikan biaya pinjaman di seluruh dunia, dengan beberapa risiko kenaikan ukuran super di Amerika Serikat. Dolar AS yang lebih kuat membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Meskipun ada kekhawatiran akan berkurangnya permintaan bahan bakar, kekhawatiran pasokan yang berkelanjutan membatasi penurunan harga.

"Pasar masih memiliki awal sanksi Eropa terhadap minyak Rusia yang dikhawatirkan. Karena pasokan terganggu pada awal Desember, pasar tidak mungkin melihat respons cepat dari produsen AS," kata analis ANZ pada Senin, dikutip dari Reuters.

Pelonggaran pembatasan COVID-19 di China juga dapat memberikan optimisme, kata para analis.

China telah mulai melonggarkan pembatasan COVID di Chengdu, kota barat daya berpenduduk lebih dari 21 juta orang, yang telah membantu menenangkan kekhawatiran tentang permintaan di konsumen energi nomor dua dunia. Ekspor bensin dan solar China juga rebound, mengurangi persediaan lokal yang tinggi, setelah Beijing mengeluarkan kuota baru.

Sementara itu, kepala eksekutif Kuwait Petroleum Corporation (KPC) mengatakan pada Minggu (18/9/2022) bahwa pelanggannya masih menuntut volume yang sama tanpa perubahan. Negara-negara Teluk saat ini memproduksi lebih dari 2,8 juta barel per hari minyak sesuai dengan kuota OPEC, katanya.

Operasi pemuatan dan ekspor minyak dari terminal minyak Basrah Irak kembali ke tingkat normal pada Sabtu (17/9/2022), Basrah Oil Company mengatakan, sehari setelah dihentikan karena tumpahan yang kini telah diatasi.

Di Nigeria, kapal penyimpanan dan pembongkaran laut dalam Bonga berkapasitas 200.000 barel per hari dijadwalkan untuk pemeliharaan pada Oktober, kata seorang juru bicara pada Minggu (18/9/2022).

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022