Banda Aceh (ANTARA) - Wali Nanggroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al-Haytar menyatakan bahwa perkembangan atau perjalanan perdamaian Aceh masih dalam pantauan dunia internasional, hal itu menyusul adanya kunjungan tim mediator perdamaian dari Finlandia.

“Hal ini menjadi indikasi bahwa secara tidak langsung perdamaian Aceh ini terus mendapat pantauan dunia internasional,” kata Tgk Malik Mahmud, di Aceh Besar, Senin.

Hari ini, Tim dari Crisis Management Initiative (CMI) Martti Ahtisaari Peace Foundation Helsinki yang merupakan mediator perdamaian GAM dan Pemerintah RI pada 2005 silam di Kota Helsinki Finlandia kembali melakukan lawatan ke Aceh dalam rangka melihat perkembangan terkini pasca 17 tahun Aceh damai.

Rombongan CMI terdiri dari Senior Advisor CMI Major General (ret) Jaakko Oksanen, Head of ASEAN Programs CMI Okasari Eronen dan Head of communication CMI Antti Ammala. Mereka disambut langsung oleh Wali Nanggroe Tgk Malik Mahmud Al Haythar.

Baca juga: Demokrat ajak warga rawat perdamaian di Aceh

Baca juga: Mahfud: Perdamaian Aceh upaya bangun keindonesiaan dalam bingkai NKRI


Selain CMI dan Wali Nanggroe, pertemuan yang berlangsung di Meuligoe Wali Nanggroe Aceh itu juga dihadiri oleh Kapolda Aceh Irjen Pol Ahmad Haydar serta dari Kodam IM diwakili Asisten Intelijen Kolonel Inf Aulia Fahmi Dalimunte.

Malik Mahmud mengatakan, kunjungan tim CMI kali ini merupakan hal yang sangat positif bagi Aceh. Apalagi pertemuan itu akan menjadi catatan laporan CMI sendiri.

Malik menyatakan dirinya telah melaporkan semuanya terkait butir-butir MoU Helsinki kepada CMI, apalagi mereka ingin mengetahui apa saja yang belum diselesaikan dari isi perjanjian damai tersebut.

"Memang setiap tahun mereka selalu bertanya tentang perkembangan perdamaian Aceh, berarti mereka masih ada tanggung jawab,” ujarnya.

Karena itu, dirinya kembali mengajak seluruh pihak untuk terus menjaga dan merawat perdamaian yang saat ini telah berusia 17 tahun, serta harus mampu dipertahankan  dengan baik.

“Walaupun kadang-kadang ada juga pihak-pihak tertentu yang ingin mengganggu, tetapi sampai hari ini kita masih dapat menghadapinya,” kata Malik Mahmud.

Sementara itu, dalam pertemuan tersebut Senior Advisor CMI Major General Jaakko Oksanen mengatakan proses tindak lanjut perdamaian yang ditengahi oleh pihak pada 2005 silam, pihaknya menemukan ada beberapa kasus yang belum terpenuhi dengan baik.

"Tetapi itu merupakan proses yang panjang untuk perdamaian, sedikit demi sedikit akan timbul banyak hal positif, dan itu adalah hal yang baik,” kata General Jaako.

Jaako menuturkan pihaknya sangat yakin situasi ekonomi di Aceh akan sangat baik untuk generasi muda Aceh di masa mendatang.

"Perdamaian yang diraih Aceh merupakan contoh yang paling bagus dalam penanganan konflik bersenjata yang terjadi di berbagai belahan dunia," ujar Jaako.

General Jaako merupakan mantan Ketua Aceh Monitoring Mission (AMM) yang pernah menerima penghargaan Bintang Jasa Utama Pemerintah Republik Indonesia 2007 lalu dari Panglima TNI waktu itu Marsekal Djoko Suyanto.*

Baca juga: Anggota DPR RI ajak masyarakat kawal perdamaian Aceh

Baca juga: Kementerian ATR serahkan 2.800 hektare lahan untuk korban konflik Aceh

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022