tapi nuansanya, Kurikulum Merdeka
Jakarta (ANTARA) - Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 4 Jakarta di Koja, Jakarta Utara menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar untuk sebagian kelas, yaitu kelas 1, kelas 4, kelas 7 dan kelas 10, sementara kelas lain masih menggunakan Kurikulum 2013.

"Untuk kelas yang lain masih Kurikulum 2013, tapi nuansanya, Kurikulum Merdeka," kata Kepala SLBN 4 Jakarta Sukimin saat dihubungi di Jakarta Utara, Jumat.

Dalam Kurikulum Merdeka Belajar, bobot pendidikan untuk Sekolah Luar Biasa (SLB) lebih besar jam pelajaran keterampilan daripada jam pelajaran akademis.

"Kalau SMA saja akademiknya 12 (jam pelajaran), sementara untuk keterampilannya saya lihat 28 jam pelajaran," kata Sukimin.

Menurut Sukimin, pendidikan keterampilan di SLBN 4 Jakarta setingkat SMA bisa berlangsung hingga tiga hari penuh, sedangkan SMP berlangsung dua hari penuh. Pelajaran diberikan dari pagi sampai siang.

Baca juga: UI--PNJ kolaborasi wujudkan kampus merdeka belajar

Bobot pembelajaran keterampilan dilebihkan dengan maksud membekali lebih banyak keahlian kepada para peserta didik, agar bisa digunakan sebagai modal berwirausaha di masa depannya nanti.

Jadi, kata Sukimin, guru-guru di SLBN  4 Jakarta menggiring anak-anak didiknya agar menguasai keterampilan menjahit.

Bukan berarti mengharapkan peserta didik itu sekadar menjadi desainer atau penjahit saja, tapi bisa lebih dari itu.

Misalnya, menjadi wirausahawan yang memproduksi baju-baju buatan sendiri.

"Sampai anak ini menjadi mandiri dan mampu berusaha nanti setelah terjun di masyarakat," kata Sukimin.

Baca juga: Universitas Parahyangan kerja sama PT MRT terkait Merdeka Belajar
​​​
Saat ini, SLBN 4 Jakarta di Koja, Jakarta Utara mendidik 233 siswa-siswi berkebutuhan khusus dari mulai tingkat SD, SMP, SMA.

Kebutuhan khususnya ada yang tuna netra, tuna rungu, tuna grahita dan tuna daksa.

"Tapi yang banyak adalah tuna rungu dan tuna grahita," kata Sukimin.

SLBN 4 Jakarta termasuk salah satu Sekolah Penggerak Kurikulum Merdeka Belajar di wilayah Jakarta Utara.

Ada lima manfaat menjadi Sekolah Penggerak yaitu mendapat pendampingan konsultatif dan asimetris, penguatan Sumber Daya Manusia di sekolah, pembelajaran berorientasi pada peningkatan kompetensi dan pengembangan karakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Baca juga: Jumlah siswa di SLB Negeri 4 Jakarta sudah mencapai 233 orang

Pembelajarannya di dalam dan luar kelas, manajemen perencanaan berbasis data, serta digitalisasi sekolah.

"Alhamdulillah kami masuk jadi Sekolah Penggerak di tahap kedua ini pada 2022 ini," kata Sukimin.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022