Konsumen Muslim dituntut untuk lebih waspada dan kritis serta selektif dalam memilih produk halal,
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Pemberdayaan Industri Halal (PPIH) Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Junadi Marki menyatakan bahwa kesadaran masyarakat terhadap produk halal yang telah tinggi seharusnya dibarengi dengan literasi pengetahuan tentang konsep halal, proses halal, dan produk konsumsi halal.

“Konsumen Muslim dituntut untuk lebih waspada dan kritis serta selektif dalam memilih produk halal,” katanya dalam webinar "International Conference on Indonesia and Global Affairs (ICIGA)" yang diikuti secara virtual di Jakarta, Kamis.

Ia memberikan contoh pada produk pangan, pada dasarnya konsumen dapat memastikan status kehalalan produk dengan keberadaan logo halal pada kemasan. Ia menambahkan bahwa logo halal merupakan bentuk dari jaminan dari pemerintah Indonesia terhadap status kehalalan suatu produk.

Di sisi lain, menurut dia, keberadaan buku serta publikasi yang mengusung tema halal dan produk halal di Indonesia diharapkan dapat memainkan peranannya dalam rangka memberikan literasi pada dunia atas kebaikan nilai-nilai agama dan tingginya kualitas produk halal.

“Publikasi pada masyarakat internasional terkait pentingnya penerapan jaminan produk halal juga akan membuka pengamatan memahami pentingnya proses produk halal,” katanya.

Marki juga menyoroti bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam industri halal dunia. Hal tersebut mengingat Indonesia memiliki penduduk Muslim sebesar 87 persen dari 268 juta jiwa dan merupakan 13 persen dari seluruh populasi Muslim dunia.

Baca juga: BRIN punya fasilitas riset produk pangan halal baru di Gunung Kidul

Baca juga: Masyarakat diminta perkuat literasi wisata halal

Baca juga: Kemenperin fasilitasi sertifikat halal bagi IKM pangan


Ia merujuk data State of the Global Islamic Economy Report 2022 memperkirakan bahwa sekitar 1,9 miliar umat muslim dunia yang menghabiskan tidak kurang dari 2 triliun dolar AS. Pengeluaran umat muslim pada tahun 2021 berkisar di sektor makanan, farmasi, kosmetik, fesyen, wisata atau traveling, dan media kreasi.

Sedangkan menurut Bank Indonesia (BI) dalam Indonesia Halal Market Report tahun 2021-2022 mencatat bahwa ekonomi syariah memiliki kontribusi sebesar 5,1 miliar dolar AS terhadap PDB nasional melalui ekspor produk halal yaitu sekitar 1,95 miliar dolar AS ke negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan 1,36 miliar dolar AS ke negara-negara non-OKI.

“Dengan ukuran paling besar tadi, peningkatan permintaan pasar global dan produk halal menunjukkan bahwa industri halal punya potensi yang sangat besar,” kata Junaidi Marki.

Sementara itu Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI sekaligus Ketua Center for Strategic Policy Studies SKSG Universitas Indonesia (UI) Guntur Subagja Mahardika menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang besar dalam industri halal.

“Kalau kita ingin jadi juara dunia seperti yang disampaikan oleh Presiden Jokowi bahwa pada 2024 kita menjadi pusat industri halal dunia, maka sebenarnya kita tinggal menambah dua sampai lima persen pasar di luar negeri, ini sudah bisa menaklukkan dunia,” katanya.

Baca juga: BPJPH akan terbitkan buku saku halal untuk tingkatkan literasi produk

Baca juga: Badan Pangan Nasional: Jaminan produk halal ikut jaga ketahanan pangan

Baca juga: Wapres minta UI tingkatkan literasi syariah masyarakat

Baca juga: Peneliti sebut wisata halal adalah konsep pariwisata futuristik




 

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022