Ekonomi kita cenderung berorientasi pada domestik jadi kita relatif kebal karena porsi konsumsi rumah tangga yang besar
Jakarta (ANTARA) - Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani memproyeksikan sektor telekomunikasi Indonesia tetap akan tumbuh di tengah resesi global yang mengancam perekonomian pada tahun depan.

Selain telekomunikasi, sektor jasa kesehatan, kawasan industri, program hilirisasi seperti nikel, bauksit, dan tembaga, makanan dan minuman, utilitas (listrik, air, dan gas), serta pemerintahan juga berpotensi tumbuh di tengah tantangan resesi dunia.

"Seluruh sektor tersebut memang memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang," ujar Dendi dalam acara Media Gathering and Presentasi Macroeconomic Outlook secara daring di Jakarta, Selasa.

Sebaliknya, ia mengungkapkan terdapat sektor lainnya yang berpotensi mengalami kendala kenaikan biaya di tengah resesi, seperti sektor industri semen, industri pupuk, industri bahan bangunan, transportasi, farmasi, ketenagalistrikan, industri pakan ternak, industri plastik, serta industri petrokimia.

Beberapa sektor lain juga berpotensi menghadapi pelemahan permintaan di tengah resesi global, yakni industri batu bara, industri minyak kelapa sawit, industri karet, industri furnitur, industri tekstil dan alas kaki, industri kayu olahan, otomotif, properti investasi, serta elektronik.

Kendati demikian, Dendi menjelaskan dampak resesi dunia kemungkinan tidak akan terlalu besar terhadap Indonesia lantaran keterbukaan Indonesia terhadap perekonomian global hanya sekitar 36 persen, berbeda dengan Malaysia atau Thailand yang mencapai 100 persen.

"Ekonomi kita cenderung berorientasi pada domestik jadi kita relatif kebal karena porsi konsumsi rumah tangga yang besar," tuturnya.

Ia membeberkan secara keseluruhan dampak resesi global terhadap perekonomian Indonesia adalah ekspor melambat, sektor komoditas tertekan, depresiasi rupiah, pertumbuhan ekonomi sedikit lebih lambat, ketidakpastian ekonomi yang lebih tinggi, serta kepercayaan konsumen yang lebih rendah.

Kemudian kondisi tersebut kemungkinan berlanjut ke sektor ekonomi domestik melalui adanya penundaan belanja masyarakat, kinerja manufaktur berorientasi ekspor cenderung lebih rendah, penurunan kinerja manufaktur barang tahan lama, pendapatan ekspor dari sektor komoditas menurun, serta pelemahan investasi properti.

Baca juga: Bahlil: Indonesia perlu hati-hati hadapi ancaman resesi global 2023
Baca juga: IMF: Resesi global dapat dihindari dengan kebijakan fiskal yang tepat
Baca juga: Ketua OJK sebut resesi ekonomi global hampir pasti terjadi di 2023

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022