Kami tidak menemukan kelangkaan BBM ataupun bentuk kecurangan.
Palembang (ANTARA) - Aparat Kepolisian Daerah Sumatera Selatan (Polda Sumsel) memastikan tidak ada kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Kota Palembang sejak diberlakukannya penyesuaian harga dari pemerintah.

Kepala Bidang Humas Polda Sumsel Kombes Pol Supriadi, saat dikonfirmasi di Palembang, Selasa, mengatakan kepastian tersebut didapat berdasarkan inspeksi mendadak ke sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Palembang.

"Kami tidak menemukan kelangkaan BBM ataupun bentuk kecurangan," kata dia, didampingi Kasubdit IV Tipidter Ditreskrimsus Polda Sumsel AKBP Tito Dani.

Menurut Supriadi, dalam inspeksi tersebut, pihaknya melakukan pengecekan baik kelengkapan berkas dan isi penampungan minyak, didapati setiap SPBU rata-rata per harinya diisi minimal 30-35 ribu kiloliter dari Pertamina.

Giat inspeksi mendadak dilangsungkan oleh Subdit IV Tipidter Ditresrimsus Polda Sumsel bersama perwakilan PT. Pertamina MOR II, Selasa siang, di antaranya ke SPBU 24.301.147, Simpang Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Jalan Letjen Harun Sohar, Palembang.

“Jumlah pasokan itu cukup dan sesuai, sehingga atas temuan itu masyarakat tidak perlu khawatir,” ujarnya.

Hanya saja, setelah diberlakukannya penyesuaian harga, pihaknya menemukan hampir rata-rata SPBU Palembang mengalami penumpukan kendaraan bermotor, mulai dari roda dua, mobil dan truk untuk melakukan pengisian BBM.

Supriadi menyebutkan, penumpukan antrean kendaraan itu disebabkan oleh lahan SPBU yang terbatas, ada aktivitas pengisian BBM secara berulang, dan bertambahnya jumlah pengisian pada jenis BBM bersubsidi.

“Kami minta kepada Pertamina untuk mengatasinya dengan mengoptimalkan upaya pendataan kendaraan yang mengisi BBM subsidi. Supaya ada pemerataan tidak terjadi pengisian berulang oleh satu kendaraan, dan tepat sasaran,” kata dia.

Supriadi menyatakan, sesuai hasil rapat koordinasi lintas sektoral yang dipimpin Gubernur Sumsel Herman Deru dan Kapolda Irjen Pol Toni Harmanto, pada 30 Agustus 2022, pihak kepolisian siap ditugaskan untuk membantu upaya pendataan dan pengamanan di setiap SPBU.

Regional Manager Retail Sales PT Pertamina MOR II Awan Raharjo mengatakan salah satu faktor penumpukan kendaraan di SPBU itu disebabkan adanya migrasi jenis BBM yang digunakan, dari BBM nonsubsidi ke BBM subsidi.

Menurut dia, berdasarkan data yang ada, persentase peralihan itu sekitar 30 persen, karena terjadi disparitas yang tinggi pascapenyesuaian harga BBM.

"Penumpukan ini berakibat pada terjadinya migrasi konsumsi BBM dari nonsubsidi ke subsidi," kata dia pula.

Ia mencontohkan, sebelum bulan April 2022 jumlah konsumsi BBM jenis pertamax masih ada di posisi 19 persen dari total proporsi penggunaan seluruh gasoline. Namun, angka ini turun menjadi hanya tersisa 11-12 persen, di mana sekitar 30-35 persen di antaranya beralih ke pertalite atau BBM subsidi.

"Meski begitu pasokan BBM-nya tidak masalah, baik subsidi maupun nonsubsidi, pengurus SPBU per harinya minimal diisi 30-35 ribu kiloliter,” kata dia, sekaligus memastikan PT. Pertamina terus melakukan pemetaan supaya subsidi yang telah digelontorkan oleh pemerintah dapat tepat sasaran.
Baca juga: Jangan ikut-ikutan antre solar
Baca juga: Polda Sumsel memproses lima perkara penyalahgunaan BBM


Pewarta: Muhammad Riezko Bima Elko
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022