Pekanbaru, (ANTARA News) - Seekor bayi gajah berusia 1,5 tahun kaki kanan bagian belakangnya menderita infeksi parah setelah terjerat tali nilon perangkap babi di areal perkebunan kelapa sawit di Desa Langkan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau. "Anak gajah liar ini diperkirakan tertinggal dari induknya dan terperangkap jerat babi. Meski dia telah terlepas dari jerat tersebut namun tali nilon masih melilit kakinya hingga menyebabkan luka infeksi," ujar Kepala Seksi Wilayah I Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Riau Nukman ketika dihubungi di Langgam, Selasa (11/4). Menurut dia, anak gajah jantan itu bagian dari 14 ekor rombongan gajah liar yang mengganggu perkebunan sawit PT Peputra Suprajaya yang telah diusir ke kawasan hutan Tesso Nilo, tidak jauh dari areal perkebunan. Namun, lanjut dia, saat pengusiran anak gajah tersebut terperangkap jerat babi yang terbuat dari tali nilon sehingga melukai kakinya. "Diperkirakan, tali nilon yang masih melekat pada kaki gajah itu telah seminggu lamanya, hingga infeksi," katanya. Pihaknya, saat ini sedang menyiapkan tim penangkap gajah beserta gajah jinaknya untuk menangkap gajah kecil itu untuk diobati. "Jika, luka yang telah membusuk itu tidak segera ditangani maka infeksi bakal merenggut nyawa gajah kecil tersebut," kata Nukman. Sebanyak 14 ekor kawanan gajah liar yang terdiri dari induk dan beberapa anak-anaknya sejak empat bulan terakhir menghuni areal perkebunan PT Peputra Suprajaya dan meluluhlantakkan tanaman kebun perusahaan tersebut. Lokasi perkebunan kelapa sawit perusahaan tersebut berbatasan dengan eks Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT Siak Raya Timber yang letaknya berdampingan dengan kawasan konservasi gajah Tesso Nilo. "Gajah-gajah tersebut masuk ke perkebunan karena eks HPH Siak Raya Timber telah digunduli PT RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper) untuk dijadikan lahan HTI (Hutan Tanaman Industri)," jelas Humas PT Peputra Suprajaya, Syamson. Ia berdalih, sejak hutan produksi terbatas itu digunduli untuk ditanami tanaman akasia, kawanan gajah masuk ke perkebunannya dan melahap tanaman sawit. "Biasanya gajah tersebut hanya lewat meski menyantap sawit tapi dapat kami maafkan karena yang dimakannya tidaklah banyak. Tapi kini keterlaluan," katanya. Ia mengatakan, lokasi hutan di dekat areal perkebunannya merupakan hutan sialang yang merupakan hutan adat yang hanya seluas 10 hektare. Menurut dia, luas hutan tersebut tidak cukup bagi belasan gajah dan tidak tersedia pula makanan. Sehingga, kawanan hewan berbelalai itu lebih memilih bermukim di areal kebun, walaupun pada siang hari mereka ke hutan sialang dan malam mencari makan di kebun sawit. Kawanan gajah liar itu sejak dua minggu terakhir telah diusir oleh tim pengusir dari KSDA dan WWF Riau, namun salah seekor anaknya tertinggal dan terperangkap jerat babi. Menurut catatan ANTARA, nasib anak gajah yang terjerat perangkap babi ini masih beruntung dibanding nasib anak gajah lainnya di Kabupaten Indragiri Hulu yang mati terjerembab di perkebunan setelah terpisah dari induknya pada akhir Maret 2006 lalu. Jumlah populasi gajah di Riau menurut KSDA setempat tahun 2004 mencapai 300-400 ekor, sementara tahun 2005 terdapat 39 ekor gajah yang mati dan hingga Pebuari 2006 angka kematian ini terus meningkat mencapai 45 ekor.

Copyright © ANTARA 2006