Jakarta (ANTARA News) - Bulog akan membeli gabah petani semua kualitas untuk memaksimalkan pengadaan dalam negeri yang hingga Selasa (11/4) baru mencapai 309.808 ton setara beras, sementara prognosa Bulog pada akhir April sebesar 1,2 juta ton, kata Dirut Perum Bulog Widjanarko Puspoyo. "Prognosa Bulog akhir April bisa menyerap 1,2 juta ton setara beras, ternyata baru terserap 309.808 ton setara beras," katanya kepada wartawan, di Jakarta, Selasa. Menurut dia, Bulog telah bersepakat dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) untuk membeli gabah petani dalam semua kualitas dengan menggunakan tabel harga rafraksi. Harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering giling (GKG) petani dengan hampa kotoran tiga persen dan kadar air 14 persen di tingkat penggilingan Rp2.280 per kg. Gabah dengan kualitas hampa kotoran 4-10 persen dan kualitas air antara 15-25 persen, termasuk kualitas Gabah Kering Panen (GKP), HPP-nya ditentukan sebesar Rp1.730 per kg. Sedangkan gabah dengan kualitas di bawah dua kategori tersebut akan dibeli oleh Bulog dengan harga berdasarkan tabel yang dibuat oleh Departemen Pertanian, KTNA dan Bulog pada 2005. Tabel tersebut juga mempertimbangkan ongkos perawatan dan pengiriman. Kualitas gabah terendah yaitu dengan hampa kotoran 25 persen dan kualitas air 30 persen dihargai Rp1.220 per kg. "Di lapangan sudah tidak ada panen raya karena tanamnya pun tidak serempak. Akibatnya suplai tidak pernah berlebihan di atas permintaan dan harga tidak pernah turun di bawah HPP dan Bulog kesulitan dalam pengadaan," kata Widjanarko. Ia berharap pengadaan gabah selama Mei-Juni akan besar karena Agustus-September panen sudah sangat sedikit. Sementara itu, kontrak pembelian gabah oleh Bulog baru mencapai 348 ribu ton setara beras. Kesulitan pengadaan dalam negeri, menurut Widjanarko, juga terjadi akibat adanya puluhan ribu ton aliran beras dari Jawa ke Sulawesi, Pontianak, Riau, dan Batam. Selain itu, Bulog telah melakukan operasi pasar beras di Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara dan Riau dengan harga Rp3.800 per kg dan 7.500 kg per bulan selama tiga bulan. Sementara itu Ketua Umum KTNA Winarno Tohir mengatakan, panen yang tidak serentak menguntungkan petani karena harga yang didapat cukup bagus. Namun, panen bergelombang menyebabkan siklus hama tidak terputus sementara pemerintah hanya memberi subsidi pupuk.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006