Jakarta (ANTARA) - Meski tiga tahun lebih berlalu, Almas Chukin, seorang ekonom Kazakhstan terkemuka, masih ingat dengan jelas antusiasme yang dia rasakan pada hari ketika turbin angin pertama tiba di Zhanatas, sebuah kota gurun di Kazakhstan yang mengalami penurunan industri kala itu.

Zhanatas dulunya pernah menjadi pusat penambangan batu fosfat dan produksi pupuk. Namun, kota tersebut mengalami hilangnya lapangan pekerjaan dalam jumlah besar menyusul penurunan industri, kata Chukin kepada Xinhua dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Sejak 2011, pemerintah setempat telah mempromosikan proyek pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dan akhirnya bekerja sama dengan China setelah mendekati mitra potensial yang tak terhitung jumlahnya.

Proyek di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) itu menunjukkan bagaimana kerja sama yang efektif dapat mengubah konsep "membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia" menjadi kenyataan praktis, kata ekonom itu, yang saat ini menjadi mitra pelaksana di Visor Kazakhstan, investor proyek tenaga bayu terbesar di Asia Tengah, Zhanatas.

Ladang PLTB, yang mulai beroperasi pada 2021 dengan kapasitas 350 juta kilowatt-jam listrik per tahun, mengurangi kekurangan listrik di Kazakhstan selatan dan menghidupkan kembali kota industri yang sempat meredup tersebut.

Keberhasilan proyek ini merupakan sebuah simbol bahwa BRI usulan China terintegrasi dengan inisiatif "Jalan Terang" (Bright Road) Kazakhstan, dan selanjutnya akan meningkatkan kerja sama antara kedua negara bertetangga itu, kata Chukin.

Pada 2013, saat kunjungannya ke Kazakhstan, Presiden China Xi Jinping menyampaikan pidato di Universitas Nazarbayev. Xi mengusulkan penggabungan kekuatan untuk membangun sabuk ekonomi di sepanjang Jalur Sutra, yang akan menjadi upaya besar yang membawa keuntungan bagi masyarakat dari semua negara di sepanjang rute tersebut.

Sejak itu, China dan Kazakhstan meluncurkan serangkaian proyek bersama di bawah BRI, membawa manfaat nyata bagi masyarakat kedua negara. Kerja sama BRI menjadi salah satu komitmen China terhadap kerja sama internasional, meningkatkan tata kelola ekonomi global, mempromosikan pembangunan dan kemakmuran bersama, serta memajukan pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia.

Perusahaan-perusahaan China yang terlibat dalam proyek pembangkit listrik itu "membantu kami mengatasi berbagai tantangan ekonomi dan teknis ... dan kami mampu mencapai kesuksesan itu," kata Chukin. "Kedua negara saling mendapatkan manfaat dari kerja sama semacam ini," tambahnya.

Menurut dia, China tidak hanya membawa peralatan dan teknologi canggih ke Kazakhstan, tetapi juga membantu menarik bakat lokal di bidang energi bersih, yang tidak ada 10 tahun lalu. Proyek PLTB ini akan menciptakan lapangan kerja bagi penduduk lokal, meningkatkan pendapatan pajak, dan mendorong pembangunan kota.

Chukin mengatakan bahwa konsep membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia dapat digambarkan dengan dua frasa kunci, "kepentingan nasional" dan "kemakmuran bersama".

"Kita sedang tidak berada dalam lingkup permainan olahraga, hanya satu medali untuk semua. Kita dapat membuat kue yang lebih besar untuk semua dan membuat bagian yang lebih besar untuk semua. Ide Presiden Xi Jinping adalah bahwa dengan upaya bersama dan dengan memahami komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia, kita berada dalam situasi yang saling menguntungkan ... dan ini menjamin kemakmuran semua negara yang dapat berkembang dan bekerja sama," kata Chukin.

Sembilan tahun lalu, saat menjawab pertanyaan mahasiswa Universitas Nazarbayev usai menyampaikan pidato, Xi menguraikan visinya tentang kebijakan pembangunan ramah lingkungan: "Perairan jernih dan pegunungan hijau adalah pegunungan emas dan perak," katanya.

Pernyataan Xi tersebut diterima oleh para ekonom Kazakhstan. Sebelum pembangunan PLTB Zhanatas di selatan negara tersebut, wilayah itu mengandalkan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga termal di Kazakhstan utara, gagal memanfaatkan sumber daya angin yang melimpah. Dan transmisi daya jarak jauh menyebabkan biaya yang besar dan hilangnya daya, katanya.

Dibandingkan dengan pembangkit listrik termal, PLTB diharapkan dapat menghemat sekitar 110.000 ton batu bara standar per tahun dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Keterlibatan Chukin dalam proyek tersebut membantunya lebih memahami kerja sama Kazakhstan-China di sektor energi hijau. "China saat ini menjadi pemimpin dalam pengembangan teknologi hijau, terutama di sektor energi," kata Chukin.

Dengan menandatangani Perjanjian Paris, China membuat komitmen yang serius kepada masyarakat internasional untuk mencapai netralitas karbon, dan setuju mengadopsi langkah-langkah wajib yang bertujuan mengurangi pencemaran lingkungan.

"China melakukannya dengan sangat baik dalam hal ini," katanya, seraya menambahkan konsep membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia secara langsung terkait dengan pengembangan energi hijau dan isu-isu lingkungan.

"Kita berbagi langit yang sama," kata Chukin, "maka diperlukan fokus pada pembangunan internasional karena globalisasi tidak dapat dihindari."

Dari proyek Zhanatas, masyarakat internasional melihat tindakan nyata China dalam mencapai kemakmuran bersama dan membangun dunia yang bersih dan indah. "Melihat turbin angin berdiri di tanah, saya percaya bahwa di masa depan, langit akan lebih biru, air akan lebih jernih, dan bumi yang kita tinggali akan lebih bersih," kata Chukin.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022