Surabaya (ANTARA News) - Menyusul terjadinya penyerangan oleh kelompok pengacau keamanan ke pos TNI di perbatasan RI-PNG dan menyebabkan dua anggota Kostrad meninggal, TNI tidak akan melakukan penyapuan sweeping terhadap warga untuk mencari pelaku yang diduga lari ke hutan, kata Panglima TNI, Marsekal TNI Djoko Suyanto. "Tidakt ada sweeping terhadap warga dan juga tidak ada rencana penambahan pasukan TNI ke sana," katanya kepada wartawan di sela-sela menjemput kedatangan jenazah dua anggota Komando Cadangan Strategis TNI-Angkatan Darat (Kostrad) di Lapangan Udara TNI-AL (Lanudal) Juanda, Surabaya, Selasa. Ia menegaskan bahwa TNI kini lebih mengintensifkan operasi intelijen untuk pengamanan dan pencarian kelompok bersenjata yang melakukan penyerangan terhadap anak buahnya itu. "Kami juga terus melakukan pengejaran terhadap para pelaku," kata mantan Kepala Staf TNI-AU (Kasau) itu. Ditanya pers mengenai kemungkinan adanya keterlibatan pihak asing dalam masalah tersebut, ia mengemukakan, hal tersebut baru bersifat dugaan yang dikaitkan dengan munculnya berbagai berita dari daerah tersebut. Dua jenazah anggota Kostrad yang meninggal dalam kerusuhan di Papua, Sertu Basori Ahmad dan Pratu Sukarno, tiba di Lanudal Juanda, Surabaya, Selasa sekitar pukul 15.45 WIB, dan beberapa saat kemudian dibawa ke daerah asalnya masing-masing untuk dimakamkan. Kedua jenazah itu disambut oleh Panglima TNI bersama dengan Panglima Kostrad, Letjen TNI Hadi Waluyo, Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Syamsul Mappareppa, dan sejumlah perwira tinggi TNI AD, serta TNI AL dan TNI AU. Setelah diserahkan kepada Panglima TNI, kedua jenazah dibawa lewat jalan darat dengan menggunakan mobil ambulan. Sertu Basori, yang beristerikan Diah Fitriah Fatmasari, lahir di Lampung, 24 Oktober 1975, akan dimakamkan di Magetan, Jawa Timur. Sedangkan, Pratu Sukarno lahir di Jombang, 17 Agustus 1980, dan meninggalkan seorang isteri bernama Kurniawati, langsung dibawa ke Jombang, Jawa Timur. Dua jenazah yang menjadi korban kerusuhan yang diduga dilakukan oleh Gerakan Pengacau Keamanan/Organisasi Papua Merdeka (GPK/OPM) itu, dibawa ke Surabaya dari Jayapura, Papua, menggunakan pesawat Merpati. Kerusuhan yang menewaskan dua anggota TNI AD itu terjadi di Kabupaten Keerom, Papua, Senin siang (10/4) waktu Papua. Saat itu, kedua korban sedang berjaga di daerah perbatasan dengan PNG dan di dekat lokasi, mahasiswa Poltekkes sedang melakukan praktek lapangan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006