Hong Kong (ANTARA) - Pasar saham Asia berakhir jatuh dan dolar naik pada Selasa, karena investor khawatir tentang kenaikan suku bunga dan eskalasi dalam perang Ukraina, sementara imbal hasil obligasi pemerintah melonjak karena keruntuhan yang mengerikan pada obligasi Inggris memantul di sekitar pasar obligasi global.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang merosot 1,70 persen ke level terendah dua tahun, dipimpin oleh penurunan yang lebih dalam untuk pembuat chip dan saham teknologi China setelah pembatasan ekspor AS yang bertujuan untuk mengganggu pengembangan teknologi China.

Nikkei Jepang ditutup anjlok 2,64 persen, indeks saham Australi ASX 200 melemah 0,34 persen, Indeks Hang Seng Hong Kong jatuh 2,41 persen, Indeks saham unggulan China CSI 300 naik 0,18 persen dan Indeks KOSPI Korea Selatan merosot 1,83 persen.

"Penghindaran risiko telah mendominasi," kata Ahli Strategi Mata Uang National Australia Bank, Rodrigo Catril. Dengan serangan baru Rusia di kota-kota Ukraina dan kekhawatiran resesi global, lanjutnya, mengkhawatirkan pasar.

"Sentimen juga tidak terbantu oleh penjualan obligasi global inti besar yang dipimpin oleh obligasi pemerintah (gilt) Inggris, meskipun ada banyak pengumuman yang dirancang untuk menenangkan pasar utang Inggris," tambahnya.

Baca juga: IHSG berpeluang menguat terbatas, pasar khawatir dampak bunga tinggi

Imbal hasil obligasi Pemerintah AS melonjak ketika perdagangan dilanjutkan setelah liburan AS pada Senin (10/10/2022), dengan imbal hasil obligasi 30-tahun naik 11 basis poin ke level tertinggi hampir sembilan tahun di 3,956 persen.

Obligasi secara global telah tergeser oleh kekalahan obligasi Inggris, di tengah kekhawatiran dana pensiun dipaksa melakukan penjualan dan janji Inggris lebih detail tentang pajak dan tindakan darurat tambahan dari Bank Sentral Inggris (BoE) telah berbuat banyak untuk membendung penjualan.

Sementara itu latar belakangnya adalah suku bunga yang semakin tinggi dan kegelisahan menjelang rilis data inflasi AS Kamis (13/10/2022) yang dapat mengatur panggung untuk kenaikan besar lainnya dari Federal Reserve pada November.

"Inflasi keras kepala, dan The Fed perlu melampaui, melampaui apa yang diharapkan pasar," kata Kepala Strategi Pasar Asia-Pasifik JP Morgan Asset Management, Tai Hui.

Perkiraan pasar berjangka menunjukkan pedagang diposisikan untuk sekitar 90 persen peluang kenaikan The Fed 75 basis poin bulan depan dan untuk suku bunga dana The Fed mencapai 4,5 persen pada Februari dan tetap di sana sebagian besar tahun 2023.

Baca juga: Dolar menguat tipis, ditopang alasan kenaikan suku bunga AS cukup kuat

Prospek itu memberi dolar pergerakan bullish lagi dan membuat greenback melayang menuju tonggak tertinggi yang bulan lalu.

Dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko mencapai posisi terendah 2,5 tahun. Aussie mencapai level terendah 2,5 tahun di 0,6260 dolar AS di sesi Asia dan kiwi di terendah 0,5541 dolar AS.

Euro turun 0,2 persen menjadi 0,9685 dolar dan melayang kembali ke level terendah 20-tahun September di 0,9528 dolar. Sterling berada di bawah tekanan dan turun 0,2 persen pada 1,1025 dolar.

Yen Jepang, pada 145,75 per dolar, berada dalam beberapa basis poin dari level yang mendorong dukungan resmi beberapa minggu lalu.

Harga minyak mentah Brent turun sedikit menjadi diperdagangkan di 95,91 dolar AS per barel. Emas spot turun 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.663 dolar AS per ounce.

Baca juga: Harga minyak perpanjangan penurunan, tertekan penguatan dolar

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022