Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) telah mengerahkan Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) untuk memantau secara rutin kesehatan anak supaya dapat menurunkan angka stunting di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
 

“Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka prevalensi stunting atau balita yang menjadi kerdil karena kekurangan asupan gizi saat ini ada 31,4 persen,” kata Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi NTB Sama’an dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
 

Sama’an juga menyebutkan jika prevalensi tertinggi ada di Kabupaten Lombok Timur yakni mencapai 37,6 persen dan Kabupaten Lombok Tengah 32,1 persen. NTB sendiri merupakan salah satu dari 12 provinsi prioritas percepatan penurunan stunting.
 

Kemudian Surveilans Gizi melalui Elektroni Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) pada pengukuran bulan Agustus 2022 menunjukkan Kabupaten Lombok Tengah memiliki jumlah sasaran stunting 91.637 dengan jumlah angka stunting sebanyak 18.683 atau 20.81 persen.

Baca juga: BKKBN Sulsel dan Pemkab Sidrap audit stunting bersama mitra

Baca juga: BKKBN gandeng penyuluh agama dan dai cegah stunting

 

“Sedangkan di wilayah Jontlak dengan jumlah sasaran 473, angka stunting 102 atau 22.31 persen. Ini merupakan salah satu komitmen Pemerintah NTB dalam menjadikan posyandu keluarga sebagai ujung tombak penanganan permasalahan sosial, kesehatan terutama terkait stunting di tingkat dusun,” katanya.
 

Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah turut meminta posyandu untuk tidak hanya aktif memantau tumbuh kembang anak, tetapi juga kesehatan ibu hamil.
 

“Melalui Posyandu keluarga di setiap dusun, angka prevalansi stunting di NTB harus mampu ditekan. Ikhtiar untuk menurunkan angka stunting harus tetap kita lakukan bersama demi mewujudkan generasi mendatang lebih sehat dan baik,” kata Sitti.
 

Sementara itu, Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting NTB Siti Rohmi menyatakan angka stunting dapat ditekan, bila pemahaman orang tua terhadap tumbuh kembang anak melalui pemberian ASI eksklusif dan asupan makanan tambahan berprotein dan gizi seimbang bagi ibu menyusui ditingkatkan.
 

Rohmi menyatakan pemenuhan gizi bagi ibu dan bayi dapat dipenuhi melalui makanan pangan lokal yang tidak mahal. Misalnya telur, ikan atau sayur-sayuran lokal.

Ia meminta pemerintah melalui dana desa lebih memperhatikan pemberian asupan telur setiap hari.
 

"Pastikan anggaran Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang bertujuan untuk kesehatan bayi dan balita, serta memastikan tumbuh kembang anak, terutama bagi anak-anak yang stunting ini mendapatkan protein hewani setiap hari,” ujar Rohmi.
 

Guna mendorong peran posyandu mengentaskan stunting, Rohmi juga berharap edukasi yang digencarkan diselaraskan dengan pemeriksaan kesehatan balita secara rutin.


Baca juga: BKKBN minta petugas sosialisasikan peran ayah untuk cegah stunting

Baca juga: Akademisi: Cegah stunting sejak remaja dengan konsumsi makanan bergizi

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022