Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur berupaya untuk memberikan penguatan asupan gizi, khususnya kepada ibu hamil dan balita yang ada di wilayah Jawa Timur dalam upaya menekan angka stunting.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Kota Malang, Jawa Timur, Minggu mengatakan dalam upaya untuk memperkecil angka stunting, pemprov memberikan tambahan gizi untuk ibu hamil dan bantuan khusus bagi balita yang terindikasi mengalami stunting.

"Pemprov Jatim terus bekerja keras untuk menurunkan angka stunting serendah-rendahnya. Presiden menargetkan angka stunting 14 persen pada tahun 2024, ini akan menjadi kerja keras kita semua," kata Khofifah.

Baca juga: Kasus balita kekerdilan di Jatim turun selama tiga tahun terakhir

Pemberian bantuan tersebut dilakukan Khofifah di sela acara Reuni Akbar Alumni Haji Al Hikam Angkatan 1993-2022 dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H di Gedung Bundar Al As’ary Unisma Malang.

Ia menambahkan berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), target dan capaian prevalensi stunting di Jatim dari 2019 hingga 2021 terus mengalami penurunan. Tercatat, prevelansi stunting 2019 sebesar 26,86 persen menjadi 25,64 persen pada 2020. Pada 2021 kembali turun menjadi 23,5 persen.

Ia menambahkan penanganan stunting yang dilakukan Pemprov Jatim dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk peran serta instansi vertikal, lintas organisasi masyarakat, perguruan tinggi , organisasi profesi dan mitra nonpemerintah lainnya.

Gubernur mengatakan dalam penanganan stunting di Jawa Timur, terdapat dua macam intervensi, yakni intervensi spesifik bidang kesehatan dengan kontribusi sebesar 30 persen dan intervensi sensitif bidang non-kesehatan dengan kontribusi sebesar 70 persen.

"Jadi, kita terus melakukan berbagai upaya, baik koordinasi lintas sektor, edukasi, maupun konseling. Koordinasi dilakukan, baik soal gizi, makanan bayi dan anak, pelaksanaan imunisasi, sampai dengan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita secara rutin di posyandu," katanya.

Edukasi dan konseling, lanjut Khofifah, dilakukan terkait pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia enam bulan. Kemudian, setiap anak berusia 6-23 bulan mendapat makanan pendamping ASI.

Baca juga: Menko PMK: Pernikahan sedarah harus distop

Baca juga: Magetan ajak warga budayakan makan ikan sejak dini cegah stunting


"Setiap balita dengan status gizi buruk mendapatkan penanganan tata laksana gizi buruk," katanya.

Menurut Khofifah, penyebab stunting, di antaranya karena asupan gizi seimbang belum terpenuhi dan penyakit infeksi berulang. Untuk itu, dalam menangani masalah stunting ini, pemberian asupan gizi seimbang dan stimulasi tumbuh kembang pada balita sangat penting.

Ia menambahkan dengan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita secara rutin dan berkala, masyarakat juga diminta untuk melakukan deteksi dini melalui pemantauan tumbuh kembang secara rutin di Posyandu.

"Karena masyarakat juga punya peran penting untuk merespons kemudahan akses dalam partisipasi kehadiran dan memanfaatkan fasilitas pelayanan di Posyandu," ujar Khofifah.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022