Banda Aceh (ANTARA) - Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh melakukan analisis dan mempelajari fenomena terjadinya serangan terhadap hewan ternak di Kabupaten Aceh Besar oleh gerombolan anjing ajag atau anjing hutan.

"Kita sedang menganalisis faktor penyebab kejadian, ini baru kita dapat kasusnya, makanya kita pelajari," kata Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto, di Banda Aceh, Senin.

Sebelumnya, sejumlah hewan ternak di wilayah Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar ditemukan mati dalam keadaan seluruh isi perutnya hilang, diduga karena diserang dan dimakan anjing hutan.

Baca juga: Hewan ternak di Aceh mati mengenaskan, diduga dimangsa anjing hutan

Saat ditemukan, kondisi hewan ternak jenis lembu yang masih kecil tersebut hanya tinggal kulit, kepala, kaki, dan tulang atasnya saja. Sedangkan seluruh isi dalam tubuhnya sudah tak tersisa.

Agus menyampaikan, tim patroli rutin BKSDA juga melakukan pendataan keanekaragaman hayati di kawasan konservasi untuk melihat apakah banyak anjing hutan tersebut di wilayah berdekatan.

Langkah itu perlu dilakukan karena anjing hutan sifatnya bergerombol, dan habitat hidupnya cenderung di tempat tersembunyi seperti gua untuk menghindari predator besar seperti harimau.

Baca juga: Gajah sumatra ditemukan mati di Aceh Timur

"Kita juga memasang kamera trap yang kira-kira itu lokasi tempatnya anjing hutan, supaya kita tahu apa yang sedang terjadi, faktornya dan atas perilaku apa terjadinya peristiwa itu," ujarnya.

Agus menegaskan, pihaknya juga menganalisis fenomena apa yang membuat anjing tersebut keluar dari hutan, karena wilayah tersebut berbatasan dengan hutan. Apalagi, BKSDA belum mendapatkan wilayah jelajahnya.

"Kalau harimau kita tahu wilayah jelajahnya, sementara anjing hutan coba kita pelajari apakah itu wilayah jelajahnya," kata dia.

Baca juga: BKSDA turunkan tim atasi gangguan harimau di Aceh Timur

Agus mengatakan pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mengubah sistem peternakan yang lebih terkontrol, sehingga peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi.

"Masyarakat harus kontrol ternaknya. Pola pengembangan ternak yang dilepasliarkan itu bisa jadi salah satu penyebabnya juga," demikian Agus Arianto.

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022