kurangi kegiatan outdoor
Kabupaten Bogor (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyatakan bahwa enam korban hanyut di tiga lokasi bencana sudah berhasil ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

"Untuk korban yang hilang terseret air ditemukan secara bertahap di berbagai tempat, ada yang di Puncak, Jakarta dan lainnya," ungkap Kepala Seksi Kedaruratan pada BPBD Kabupaten Bogor, Adam Hamdani di Cibinong, Bogor, Selasa.

Lokasi peristiwa hanyut pertama yaitu di Curug Kembar, Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, pada Rabu (12/10) dengan empat korban bernama Tara Taskin (13), Amira Hana (14), Raka Alfa (13) dan Andini (15).

Keempat korban yang merupakan pelajar SMP Al Hikmah Kota Depok itu berhasil ditemukan secara bertahap. Tara Taskin (13), Amira Hana (14), dan Raka Alfa (13) berhasil ditemukan di hari yang sama tak jauh dari lokasi hanyut.

Baca juga: Siswi Depok hanyut di Puncak Bogor ditemukan usai lima hari pencarian
Baca juga: Pemkot Bogor minta maaf ke keluarga Adzra yang hanyut terobos banjir

Sedangkan jasad Andini ditemukan lima hari kemudian pada Senin (17/10) berjarak sekitar 2 kilometer dari lokasi awal hanyut.

Lokasi kedua yaitu di Sungai Cileungsi, Kabupaten Bogor pada Jumat (14/10) dengan korban bernama Naufal Juli Saputra (15). Saat itu, Naufal hanyut setelah setelah berhasil menyelamatkan temannya berinisial R yang tenggelam di Sungai Cileungsi.

Jasad Naufal berhasil ditemukan empat hari kemudian, pada Minggu (16/10) malam dalam kondisi meninggal dunia di Kalibaru, Kelurahan Marunda, Jakarta Utara.

Lokasi ketiga yaitu, di aliran Sungai Ciliwung, Bojonggede pada Sabtu (15/10) dengan korban bernama Shigeo Dhaffa Maulana (8). Dhaffa hanyut saat mencari kepiting bersama dua orang temannya.

Jasad Dhaffa ditemukan dalam kondisi meninggal dunia sehari kemudian, pada Minggu (16/10) di aliran Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Jakarta.

Baca juga: Jasad mahasiswi IPB hanyut 80 kilometer selama lima hari
Baca juga: Remaja Bogor hanyut usai selamatkan temannya di sungai Cileungsi

Adam menyebutkan bahwa dengan rentetan peristiwa hanyut itu perlu ada upaya antisipasi bersama antara pemerintah dan masyarakat. Menurutnya, perlu sosialisasi lebih masif mengenai pengawasan anak-anak, terutama saat cuaca ekstrem.

“Harus ada perhatian dan pengawasan dari semua pihak. Kan kalau anak kecil itu ketika hujan pasti ada daya tarik tersendiri untuk berenang,” kata Adam.

Ia juga mengimbau kepada semua pihak agar saling mengingatkan soal potensi bencana di tengah cuaca ekstrem saat ini. Terlebih, cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi hingga beberapa waktu kemudian.

“Cuaca ekstrem lumayan panjang. Menurut BMKG, puncaknya dari bulan November sampai Januari, jadi di antara bulan itu kurangi kegiatan outdoor,” ujarnya.

Baca juga: Tim selam temukan jasad remaja Bogor yang tenggelam di Cisadane

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022