Jakarta (ANTARA) - Film terbaru Kamila Andini “Before, Now & Then (NANA)” yang mengangkat tradisi Sunda dan berkisah tentang perempuan Sunda "pulang kampung" dan tayang di Bandung pada 18 Oktober.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil membagi kesannya, dalam siaran resmi, Selasa (18/10), "Banyak memori-memori tentang Sunda yang dikembalikan kembali dalam film ini. Hal-hal yang sudah banyak hilang saat ini. Saya tentunya akan selalu mendukung film-film yang mengeksplorasi tempat-tempat indah di Jawa Barat, bahasa, dan kekayaan budaya."

Baca juga: Terjual habis, tiket premier film Indonesia "Nana" di Berlinale 2022

Film yang baru baru ini memenangkan Global Feature Award dari Jakarta Film Week 2022 diadaptasi dari salah satu bab di novel "JAIS DARGA NAMAKU" karya Ahda Imran.

Film ini dibintangi oleh Happy Salma yang memainkan karakter utama, Nana. Selain itu turut bermain di film ini adalah Laura Basuki, Ibnu Jamil, Arswendy Bening Swara, Rieke Diah Pitaloka, Arawinda Kirana dan aktris cilik pendatang baru, Chempa Putri.

“Before, Now & Then (NANA)” bercerita tentang seorang perempuan Indonesia yang hidup di daerah Jawa Barat di era 1960-an yang diangkat dari sebuah kisah nyata kehidupan Raden Nana Sunani.

Kisah seorang perempuan yang melarikan diri dari gerombolan yang ingin menjadikannya istri dan membuatnya kehilangan ayah dan anak. Ia lalu menjalani hidupnya yang baru bersama seorang menak Sunda hingga bersahabat dengan salah satu perempuan simpanan suaminya. Sesuai latar tempatnya, film ini akan menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa utama yang dipakai di film.

Baca juga: Laura Basuki raih penghargaan Pemeran Pendukung Terbaik di Berlin

Film “Before, Now & Then (NANA)” meraih penghargaan Silver Bear for Supporting Actress di Berlin International Film Festival 2022 untuk Laura Basuki.

Selain itu, "NANA" telah berkeliling dunia untuk diputar di berbagai festival internasional bergengsi yaitu Berlin International Film Festival, Edinburgh International Film Festival, Vancouver International Film Festival, Chicago International Film Festival.

Juga Sydney Film Festival, Melbourne International Film Festival, Busan International Film Festival, Taipei Film Festival, Hong Kong International Film Festival, Bucharest International Film Festival dan beberapa lainnya.

Film “Before, Now & Then (NANA)” juga dapat dinikmati di Prime Video.

Baca juga: Jais Darga: Film "Nana" jadi kado terakhir untuk Mami

Film berlatar waktu di akhir 1960-an ini membawa Kamila Andini ke eksplorasi baru dalam perjalanan karirnya sebagai sutradara, ia menggarap film periodik yang juga diinspirasikan dari kisah nyata.

Kamila Andini berbagi ceritanya, “Film periodik Indonesia selalu terkait dengan sesuatu yang besar atau tentang seorang tokoh penting, sedangkan ketika saya mengerjakan ini saya ingin menceritakan seorang tokoh perempuan pada umumnya, seperti nenek kita, kakak kita atau ibu kita, yang bisa disayangi dengan semua kekurangan dan kelebihannya. Kebetulan saja ia hidup di masa itu. Tapi kita juga bisa berefleksi dengan masa itu dan masih bisa terhubung dengan masa kini. Saya ingin membuat jembatan dari masa lalu ke masa sekarang.”

Baca juga: Ridwan Kamil bangga "Before, Now &Then" tampil di Festival Film Berlin

Kamila Andini lebih lanjut mengatakan, "Perempuan adalah korban zaman yang paling nyata. Tapi di setiap zaman, selalu ada sosok perempuan yang tidak pernah sekalipun menjadikan dirinya korban, meskipun tetap tidak lepas dari pengorbanan."

"Nana adalah kisah perempuan yang menjadi korban sebuah era; perang, politik, pemberontakan dan kehidupan sosial patriarki yang ingin mencari arti kebebasannya sendiri."

Untuk memperkuat suasana ada banyak unsur seni, salah satunya penggunaan lagu berbahasa Sunda yang diproduksi sekitar tahun 1960-an yang berjudul Djaleleudja, lagu ini diproduksi oleh Jamin Widjaja dan Indrawati Widjaja dari Bali Records (Musica Studio’s).


Baca juga: Jakarta Film Week 2022 ditutup, ini daftar film yang raih penghargaan

Baca juga: Ibnu Jamil akui kesulitan belajar bahasa Sunda untuk peran film "Nana"

Baca juga: Gita Fara sebut unsur lokal bukan penghambat film capai audiens luas

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022