New York (ANTARA) - Wall Street tergelincir menghentikan kenaikan dua hari berturut-turut pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS melemahkan momentum dari musim laporan keuangan perusahaan-perusahaan saat ini.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 99,99 poin atau 0,33 persen, menjadi menetap di 30.423,81 poin. Indeks S&P 500 jatuh 24,82 poin atau 0,67 persen, menjadi ditutup di 3.695,16 poin. Indeks Komposit Nasdaq melorot 91,89 poin atau 0,85 persen, menjadi berakhir di 10.680,51 poin.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor real estat dan keuangan masing-masing terpuruk 2,56 persen dan 1,59 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor energi terangkat 2,94 persen seiring kenaikan harga minyak, satu-satunya kelompok yang memperoleh keuntungan.

Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan naik 13 basis poin menjadi sekitar 4,13 persen pada Rabu (19/10/2022) sore, level tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Imbal hasil pada surat utang pemerintah 2-tahun yang sensitif terhadap kebijakan juga naik.

Pasar ekuitas biasanya bergerak negatif dengan imbal hasil obligasi, karena imbal hasil obligasi yang lebih tinggi akan membuat investasi ekuitas menjadi kurang menarik.

Kelemahan pasar pada Rabu (19/10/2022) mengikuti reli dua hari di Wall Street, didorong oleh laporan laba sejumlah perusahaan yang positif.

Dari perusahaan-perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan kinerja keuangannya hingga Selasa (18/10/2022), sekitar 69 persen telah mengalahkan ekspektasi laba, menurut penyedia data pasar keuangan Refinitiv.

Kenaikan imbal hasil membebani saham-saham ternama yang sensitif terhadap suku bunga seperti saham real estat, turun 2,56 persen sebagai sektor S&P berkinerja terburuk hari ini, dan saham-saham pertumbuhan megacap seperti Microsoft Corp dan Amazon.com Inc.

Abbott Laboratories anjlok 6,5 persen setelah melaporkan pertumbuhan yang lebih rendah dari perkiraan dalam penjualan perangkat medis internasional, terpukul oleh dolar yang kuat dan tantangan pasokan di China.

Namun demikian, saham Netflix melonjak 13,1 persen sebagai operator berkinerja terbaik S&P 500 setelah menarik 2,4 juta pelanggan baru di seluruh dunia pada kuartal ketiga, lebih dari dua kali lipat perkiraan konsensus, dan dipandu untuk mendapatkan 4,5 juta pelanggan tambahan pada akhir tahun.

"Obligasi itu sangat membebaninya ... sayang sekali melihat (laporan) laba yang bagus terbuang sia-sia," kata JJ Kinahan, CEO IG North America di Chicago, seperti dikutip oleh Reuters.

Baca juga: Wall Street berakhir menguat ditopang laba perusahaan dan data ekonomi

Baca juga: Wall Street ditutup menguat, Indeks Dow Jones melambung 550,99 poin

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022