PLBN Aruk, Kab Sambas (ANTARA) - Sejumlah kendaraan berjejer di area bebas antara Indonesia dan Malaysia. Para pekerja melakukan bongkar muat produk hasil pertanian dari kendaraan satu ke kendaraan yang lain. Mereka saling sapa dan canda.  Sementara para petugas terkait  ikut mendampingi setelah memastikan jenis, volume dan dokumen resmi benar dan lengkap.

Itulah potret kegiatan ekspor impor melalui  Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Aktivitas ekspor dan impor melalui kawasan ini telah dimulai sejak 2019 silam. Namun, volume maupun nilai perdagangan antarnegara saat itu masih kecil. Bahkan, saat wabah COVID-19 tinggi,  aktivitas ekspor impor per Oktober 2020 terhenti.

Awal Januari 2022, ekspor impor untuk komoditas tanaman hortikultura kembali dibuka, sedangkan untuk hasil tangkapan laut mulai Maret 2022 baru ada aktivitas ekspor.

Kegiatan perdagangan antarnegara, terutama ekspor, tersebut tidak terlepas dari potensi yang dimiliki Kabupaten Sambas dan sekitarnya dalam sektor sektor pertanian. Dengan luas wilayah 6.395,70 kilometer persegi  atau 639.570 hektare serta jumlah penduduk pada tahun 2021 sebanyak 637.811 jiwa, sebanyak  70 persennya adalah petani. Dengan aktifnya kembali perdagangan melalui PLBN Aruk,  menjadikan ekonomi daerah tersebut bergeliat.

PLBN Aruk diresmikan Presiden Joko Widodo pada awal 2017 lalu. Bergeliatnya perdagangan di  PLBN yang memiliki fasilitas memadai itu kini menjadi daya ungkit  perekonomian di perbatasan. Kehadiran PLBN dengan luas 13 hektare tersebut tidak hanya menjadi tempat pelintas orang dan barang jinjingan saja,  namun pelan tapi pasti sudah mengarah pada pengembangan ekonomi.

"Presiden saat meresmikan, dalam amanahnya mengatakan bahwa PLBN Aruk jangan hanya untuk foto selfie, namun dimanfaatkan fasilitasnya untuk menumbuhkan ekonomi. Untuk itu, upaya untuk mengembangkan dan menumbuhkan ekonomi menjadi perhatian  kita melalui berbagai langkah," ujar Kepala PLBN Aruk, Purwoto di Aruk, Kamis (20/10).

Kolaborasi 

Kolaborasi antara jajaran PLBN Aruk dengan pihak Bea Cukai dan Karantina menjadi modal utama dalam menggerakkan ekonomi perbatasan, terutama ekspor. Dari awal, petani dan nelayan serta pengepul di daerah, dilakukan pendampingan dan pembinaan dengan cara jemput bola. Jajaran PLBN Aruk menghadap Bupati Sambas agar perizinan bagi eksportir dipermudah, dengan tetap memperhatikan ketentuan yang berlaku.

Tantangan dalam kegiatan ekspor yang dihadapi jajaran PLBN Aruk tipe A saat itu adalah untuk ekspor harus didukung oleh pelabuhan darat dan kode pelabuhan. Kemudian, dari sisi negara tetangga, PLBN  hanya untuk pelintasan orang bukan untuk aktivitas perdagangan. Namun, kondisi tersebut tidak mematahkan semangat pihak PLBN. Melalui komunikasi informal dan formal,  pada akhirnya aktivitas ekspor bisa dilakukan hingga kini.
Pengecekan komoditas pertanian sebelum diekspor (ANTARA/Dedi)
Ekspor Bergeliat

Sepanjang 2019 lalu, Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Entikong menerbitkan 16 sertifikat hazard analysis and critical control points (HACCP) di Kabupaten Sambas. Di tahun tersebut, ekspor ikan segar/beku dari Sambas sebanyak 419 ton dan komoditas ikan hidup seperti kepiting, sebanyak 4 ton.

Sementara data setelah pandemi COVID - 19 mulai melandai. Pada Maret - September 2022 nilai ekspor komoditas hasil tangkapan laut bangkit dan pulih mencapai Rp5,9 miliar, bahkan diproyeksikan hingga akhir tahun ini bisa mencapai Rp7 miliar.

Komoditas ekspor hasil tangkapan laut tersebut di antaranya ubur - ubur, tenggiri, bawal, kerapu, cumi, udang wangkang dan dogol serta karang merah. Dari berbagai jenis komoditas yang ada, ubur - ubur dari sisi volume dan nilai mendominasi hingga September mencapai 354 ton atau sekitar Rp4 miliar. Terbaru,  ekspor ubur - ubur dilakukan pada Rabu, 19 Oktober 2022, sebanyak 9,6 ton dengan nilai Rp109 juta.

Ubur - ubur yang diekspor tersebut bersumber dari kekayaan laut di daerah Temajuk, Paloh , dan beberapa daerah sekitar Kabupaten Sambas. Dalam melakukan ekspor, pelaku usaha dimudahkan. Hal itu dalam rangka meningkatkan ekspor. Semua dokumen lengkap, proses ekspor mudah dan cepat.

Sementara data ekspor komoditas tanaman perkebunan dan hortikultura, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong Wilayah Aruk mencatat, sejak Januari - September 2022 sudah ada 305 frekuensi ekspor dengan volume sekitar 500 ton atau senilai Rp3 miliar. Adapun komoditas ekspor hasil pertanian unggulan yakni tanaman perkebunan dan hortikultura berupa kelapa dalam, pisang, jeruk, durian dan buah naga. Dari komoditas tersebut kelapa dan pisang yang mendominasi.

Dengan data yang ada tersebut nilai ekspor dari hasil bumi Kabupaten Sambas dan sekitarnya berupa hasil pertanian sudah mencapai Rp8,9 miliar. Nilai ekspor tersebut tentu akan berdampak besar pada petani di daerah karena pasar semakin terbuka lebar dan harga yang didapat akan lebih tinggi pula.


Lebih Efisien

Kemudahan dan efisiensi dirasakan pelaku usaha untuk ekspor melalui PLBN Aruk.  Edy contohnya, ia mengaku untuk biaya angkut melalui Aruk lebih hemat 50 persen dibandingkan sebelumnya melalui PLBN Entikong. Melalui PLBN Entikong menggunakan pikap biaya mencapai Rp1,5 juta dan kini hanya Rp750 ribu.

Begitu juga jarak dan waktu tempuh lebih cepat, karena hanya sekitar 2 - 3 jam sudah bisa berada di PLBN Aruk. Sedangkan dulu dari Kabupaten Sambas ke Sanggau, PLBN Entikong, membutuhkan waktu di atas 5 jam.

Pelaku usaha bidang hortikultura berupa petai, pisang, jeruk dan buah naga tersebut mengaku sudah melakukan aktivitas ekspor sejak 15 tahun silam. Dengan adanya PLBN Aruk dan bisa ekspor melalui pos ini, menjadi semangat baru,  karena bisa membantu petani dan eksportir memajukan daerah.

"Dengan adanya ekspor dengan jarak dekat dan biaya murah maka produk kita bisa bersaing. Permintaan juga semakin besar. Pelayanan di Aruk mudah dan cepat," ucap Edy.

Eksportir lainnya, Acang mengatakan sejauh ini hampir setiap hari melakukan ekspor seperti jeruk, petai dan buah naga. Ia yang juga merangkul petani untuk bersama melakukan ekspor agar produk di daerah bisa diserap pasar lebih luas. Sedangkan terkait layanan PLBN Aruk, menurutnya sangat membantu dan mudah.

PLBN Aruk Magnet

Bupati Sambas, Satono, menyebut hadirnya PLBN Aruk menjadi harapan baru dan magnet untuk memajukan daerah dari pinggiran. Menurutnya, program Presiden Joko Widodo pada periode pertama yang mencanangkan pembangunan dari pinggiran dan daerah terluar,  sangat tepat. Mimpi  masyarakat menjadi nyata.

Dengan fasilitas megah, PLBN Aruk, masyarakat bisa memanfaatkan untuk lalu lintas orang, dan  juga menggerakkan ekonomi,  terutama sektor pertanian. Kabupaten Sambas merupakan lumbung padi di Provinsi Kalbar. Selain itu,  sentra buah jeruk dan buah naga, memiliki potensi laut dan pariwisata yang besar. Sehingga PLBN Aruk  sebagai penunjang penggerak roda perekonomian.

Kabupaten Sambas adalah sentra pertanian. Jumlah penduduk daerah ini terbesar kedua setelah Kota Pontianak dan memiliki perbatasan daratan langsung dengan Malaysia. Modal dan potensi yang ada ini harus dimaksimalkan bersama-sama guna memajukan perbatasan dan Kabupaten Sambas.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022