Kudus (ANTARA) - Mantan pelatih ganda campuran Indonesia Richard Mainaky berpesan kepada penerusnya, Nova Widianto, untuk bersabar membina anak didiknya di tengah kondisi sektor ganda campuran Indonesia yang mentok dan belum menghasilkan prestasi karena regenerasi yang terputus dua tingkat.

"Orang-orang kan terbayang ganda campuran Indonesia harus seperti dulu (seperti zaman Liliyana/Tontowi). Kalau untuk bisa menjadi seperti dulu, ya sulit. Setelah mereka pensiun seharusnya kan ada regenerasi, tapi itu putus dua tingkat jadi ya harus mulai dari bawah lagi. Nova (Widianto) harus kerja keras lagi dan harus sabar,” kata Richard ditemui di sela-sela Audisi Umum PB Djarum 2022 di GOR Djarum, Kudus, Sabtu.

Setelah pasangan Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad pensiun, Indonesia sebetulnya masih mempunyai Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja di bawahnya.

Namun dua pasangan tersebut kini sudah terdegradasi dari Pelatnas PBSI sehingga ganda campuran senior pelatnas saat ini diisi oleh pemain-pemain yang seharusnya masih menjadi pelapis, yaitu Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari Adnan Maulana/Mychelle Crhystine Bandaso, dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati.

Baca juga: Tontowi Ahmad soroti gap yang jauh pada ganda campuran Indonesia
Baca juga: Usai pensiun, Richard Mainaky fokus latih talenta muda Sulawesi

“Dengan hilangnya Praveen/Melati dan Hafiz/Gloria itu pemain muda masih butuh bimbingan, figur, dan jam terbang. Namun pada akhirnya sekarang mereka naik ke atas (menjadi pemain utama) dan sudah dibebankan dengan orang lihat ganda campuran dulu padahal belum waktunya,” ujar dia menambahkan.

Pelatih yang membantu mengantarkan Liliyana/Tontowi meraih emas Olimpiade itu menilai kondisi saat ini bisa dibilang menjadi yang terburuk dalam sejarah ganda campuran Indonesia. Pasalnya, menurut dia, sebelumnya tidak pernah terjadi regenerasi yang terputus selama 26 tahun dia mengabdi di Pelatnas PBSI.

Regenerasi ganda campuran di masa sebelumnya, kata Richard, selalu berlanjut mulai dari Nova Widianto/Vita Marissa, Nova Widianto/Liliyana Natsir, Flendy Limpele/Vita Mariska, Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad, Praveen Jordan/Debby Susanto, hingga Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.

Baca juga: Indonesia gagal pertahankan Piala Suhandinata

“Iya (yang terburuk). Dari yang kami lihat memang belum pernah terputus regenerasi. Yang ada sekarang cuma pemain-pemain muda. Kalau kita menilainya (prestasinya) jauh menurun, padahal tidak,” kata dia.

“Tidak ada pemain senior (di Pelatnas), semuanya masih muda jadi itu agak kesulitan. Jadi butuh waktu,” ujarnya lagi.

Setelah pensiunnya Liliyana/Natsir, Praveen/Melati menjadi satu-satunya pasangan ganda campuran Indonesia yang bisa menyumbang gelar di turnamen besar saat memenangi All England 2020. Setelah itu, prestasi ganda campuran Indonesia terjun bebas, tak ada satu pun gelar yang berhasil diraih.

Baca juga: Rahmat/Pramudya jaga kans juara di Indonesia Masters 2022
Baca juga: Audisi PB Djarum 2022 sediakan Super Tiket untuk atlet berkualitas

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2022